Pages

Senin, 25 Januari 2010

REFLEKSI AKHIR TAHUN

oleh :
Muhammad Taslim Al-Mandari
dosen STAIN Al-Fatah Jayapura

Dendam ialah suatu keinginan keras yang kadang-kadang bersemayam di dalam hati karena ingin membalas kejahatan seseorang.
Rasa dendam yang telah bersemayam di hati seseorang sering membawa kepada permusuhan, perpecahan, pembunuhan, dan bahkan huru-hara atau membawa gejolak dalam masyarakat. Hal-hal seperti itu dapat menimbulkan kecemasan dan kegelisahan masyarakat.
Bila dipandang dengan kacamata Islam, dendam merupakan sifat atau sikap yang tidak dibenarkan Islam. Oleh karena, sifat yang ditimbulkannya tidak sejalan dengan misi agama Islam sebagai agama damai, agama yang mengajarkan sifat pemaaf dan penyantun, agama yang mengajarkan umatnya agar mengayomi dan penyayang terhadap orang lain. Dalam hal larangan dendam, Rasulullah SAW. bersabda,
“..Janganlah kamu menduga-duga, janganlah mengintip-intip kesalahan orang, janganlah saling bersaing (berlomba-lomba) dalam keduniaan, janganlah kamu benci-membenci (termasuk dendam-mendendam), janganlah saling bertolak belakang. Jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara….” (HR.Muslim)
Walaupun demikian, ternyata masih banyak orang yang suka dendam terhadap orang lain, sehingga mengakibatkan banyak permusuhan, perkelahian, pembunuhan, dan bahkan menimbulkan aksi-aksi kebrutalan serta huru-hara.
Yang demikian ini dapat kita saksikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sering kita mendengar, baik melalui media cetak maupun media elektronik, bahwa kasus-kasus pembunuhan, pembantaian, perkelahian, perusakan, dan lain-lain yang diakibatkan oleh sikap dendam yang ada dalam diri. Begitu juga kerusuhan-kerusuhan yang terjadi seperti di Situbobdo pada tahun 1996, kerusuhan di Tasikmalaya pada Januari 1997, kerusuhan di Ambon dan Sambas pada tahun 1999, serta kerusuhan-kerusuhan di tempat lain, semua itu terjadi di antaranya akibat dendam atau kecewa yang sangat di hati masyarakat.
Sikap dendam itu terjadi oleh karena hal-hal berikut. Pertama, akibat perlakuan yang sewenang-wenang, baik perlakuan itu dari perorangan maupun dari kelompok, baik yang melakukan itu rakyat biasa maupun aparat. Perlakuan dan tindakan yang sewenang-wenang itu, kemudian melahirkan kebencian di pihak yang diorugikan. Timbullah dendam, ingin membalsanya dengan kejahatan pula, lalu dicarilah momentum (kesempatan) yang tepat, akhirnya meletuplah aksi-aksi kekerasan dan kebrutalan.
Karena itu, marilah kita memperlakukan orang lain atau melakukan tindakan terhadap orang lain dengan cara bijaksana, dengan sikap yang lembut dan lapang dada, karena walaupun orang itu bersalah, tetapi jika diperlakukan dengan tidak bijaksana--sewenang-wenang--dia akan tersinggung dan membuahkan sikap dendam. Apalagi terhadap orang yang tidak bersalah, rasa tersinggung, dan rasa dendamnya akan lebih dahsyat lagi.
Allah SWT membimbing hambanya agar selalu berlaku bijaksana terhadap orang lain, berlaku lembut, dan bersikap pemaaf karena sifat-sifat tersebut sangat terpuji dan dapat menghindarkan diri dari dendam seseorang. Dalam hal sikap lembut, Allah SWT berfirman,
“Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu…”(Ali Imran : 159)
Sebab kedua yang menyebabkan rasa dendam itu timbul dalam diri seseorang ialah karena akibat ketidakadilan yang terjadi di masyarakat, baik ketidakadilan di bidang hokum, ekonomi, maupun di bidang politik. Ketidakadilan di bidang hokum dapat menurunkan wibawa abdi hokum, menimbulkan ketimpangan hokum, mengakibatkan banyak orang terampas hak-haknya di pengadilan, serta banyak orang benar dirugikan dan orang salah diuntungkan.
Ketidakadilan di bidang ekonomi akan mengakibatkan terhambatnya pemerataan,, terjadinya kesenjangan dan kecemburuan sosial. Demikian pula, ketidakadilan di bidang politik lainnya dirugikan. Semua bentuk ketidakadilan merupakan benih bagi tumbuhnya rasa dendam masyarakat yang dapat mengancam atau merusak keutuhan, ketentraman, dan kedamaian hidup.
Untuk itu, marilah kita tegakkan keadilan di masyarakat, baik dalam hokum, ekonomi, politik, dan lain-lain. Ini karena dengan tegaknya keadilan itu dapat memperkecilkan ketersinggungan, kemarahan, kebencian, dan rasa dendam di masyarakat. Juga dapat membawa kepada ketentraman dan kedamaian masyarakat. Dalam hal ini menegakkan keadilan, Allah SWT berfirman,
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (an-Nahal: 90)
Sebab ketiga yang menyebabkan timbulnya dendam seseorang ialah karena keinginan hati untuk menghancurkan orang lain. Dendam seperti ini muncul akibat penyakit dengki (iri hati) yang sudah demikian kronis.
Bagi orang yang berhati suci, keberuntungan orang lain juga merupakan keberuntungan dirinya. Akan tetapi, bagi orang yang berhati dengki, keberuntungan orang lain merupakan ancaman baginya. Karena itu, keberuntungan orang seringkali menimbulkan kebencian dan dendm bagi kaum pendengki. Biasanya, mereka ingin melampiaskan dendamnya itu dengan melakukan kejahatan.
Karena itu, marilah kita tinggalkan sikp dengki itu, karena selain merupakan dosa, ia akan berubah menjadi kebencian dan kemudian menjadi dendam, sedangkan dendam akan membawa kepada tindak kejahatn. Dalam hal dengki ini, Rasulullah SAW bersabda,
“Jauhilah olehmu sifat dengki karena dengki itu akan melalap semua amal kabajikan, sebagaimana api melalap kayu baker atau rumput.” (HR. Abu Daud)
Sebab keempat yang menyebabkan sesorang suka dendam ialah karena ia tidak menyadari bahwa sikap dendam itu dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya, seperti penyakit darah tinggi, jantung, gila, dan penyakit berbahaya lainnya. Khususnya penyakit itu timbul bila dendam kesumat yang bersemayam di dalam hati tidak terlampiaskan. Dalam kehidupan kita sering terjadi sesorang dengan tiba-tiba terserang penyakit yang berbahaya akibat dendamnya tidak dapt terlampiaskan, bahkan ada yang sampai menemui ajalnya.
Maka dari itu, marilah kita tinggalkan sifat dendam itu, kita ganti dengan sikap pemaaf dan lapang dada, sebab sifat pemaaf dan lapang dada itu akan menambah pahala, rezeki, kawan, dan menghilangkan penyakit. Dalam hal pemaaf, Allah SWT berfirman,
“…Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya…” (Al- Baqarah :109)
Dari uraian ini dapat dismpulkan: pertama, sifat dendam merupakan sifat yang dapat membahayakan orang lain dan mengancam ketentraman hidup masyarakat; kedua, sifat dendam dilarang dalam Islam, karena itu harus dihindari, termasuk juga penyebab-penyebabnya.
Akhirnya, dalam mengakhiri perjalan tahun ini dan menyambut kedatangan tahun baru masehi, maka marilah kita merefleksikan diri untuk jauh-jauh membuang rasa dendam yang bersarang di dalahm hati, termasuk juga penyebab-penyebabnya. Semoga Allah SWT menyelamatkan kita dari bahaya dan malapetaka yang timbul akibat dendam serta penyakit-penyakit hati yang lain. Amin.


Nama : Muhammad Taslim Al-Mandari
email : taslimalmandari@gmail.com

0 komentar:

Posting Komentar