
Sebagian anak jalanan harus mempertahankan hidupnya dengan cara yang secara sosial kurang dan bahkan dianggap tidak dapat diterima. Hal ini karena tantangan yang dihadapi oleh anak jalanan pada umumnya memang berbeda dari kehidupan normatif yang ada di masyarakat. Dalam banyak kasus, anak jalanan sering hidup dan berkembang di bawah tekanan dari stigma atau cap sebagai pengganggu ketertiban. Perilaku anak jalanan tersebut sebenarnya merupakan konsekuensi logis dari stigma sosial dan keterasingannya dalam masyarakat. Tidak ada yang berpihak kepada anak-anak tersebut dan bahkan, sebenarnya, perilaku anak-anak tersebut mencerminkan perilaku masyarakat dalam memperlakukannya, serta harapan masyarakat terhadap perilakunya.
Salah satu bentuk perilaku anak jalanan yang kurang dapat diterima secara sosial adalah perilaku kekerasan atau tindakan agresifitas. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.
Kehidupan jalanan yang keras dan liar membuat anak-anak jalanan sering memperoleh perlakuan kasar baik dari sesama anak jalanan maupun preman yang meminta uang dengan alasan keamanan, oleh karena itu anak jalanan membela dirinya sendiri dengan mengumpat, memaki, marah-marah, yang ditirunya dari orang lain atau sesama anak jalanan sendiri. Penilaian Masyarakat terhadap anak jalanan khususnya pengamen memandang dengan sebelah mata menyebabkan mereka merasa sebagai orang yang tidak berguna
0 komentar:
Posting Komentar