Pages

Senin, 15 Maret 2010

JOdoh...????????

Setiap pria yang normal tentu berniat punya istri wanita yang cantik. Memang, cantik dalam pandangan setiap pria itu berbeda-beda. Ada yang ingin berkulit putih dan ada pula yang senang dengan kuning langsat. Bahkan ada yang ingin wajah cerah, potongan badan serta perawakan ideal, berisi (tidak terlalu kurus), dan berbudi luhur.

Berbudi luhur yang dimaksud di sini sudah tentu sesuai dengan ajaran Islam. Yang perlu diyakini, bahwa jodoh itu di tangan Allah.

Nabi Muhammad saw. pernah bersabda, "Orang menikah (suka) kepada wanita itu karena empat perkara. Karena hartanya, karena bangsanya, karena cantiknya, dan karena agamanya. Maka nikahilah wanita yang beragama, niscaya engkau akan beruntung". (H.R. Bukhari).

Yang jelas keuntungannya ialah tidak capai hati. Capai hati tentu sangat luas pengertiannya. Sebagai contoh saja, minta ini dan minta itu, tidak suka bergunjing, tidak cerewet, suami ke kantor kemudian istri pergi keluar, dan lain-lain.

Berbeda dengan wanita yang beragama, dia tidak akan keluar rumah kalau tidak seizin suaminya, tidak akan cerewet, tidak akan bergunjing, dan tidak akan minta ini dan minta itu, lebih-lebih lagi setelah melihat tetangganya berbaju baru.

"Dunia ini perhiasan, tetapi sebak-baiknya perhiasan ialah wanita yang salehah". (H.R. An-Nasai).

Salah satu yang dimaksud dengan saleh/salehah, termasuk di dalamnya adalah kasih sayang. Kasih sayang antara suami istri ini pun sangat diperlukan dalam Islam. Islam menghendaki kedua belah pihak punya rasa kasih sayang untuk mengikat perkawinan.

Oleh karena itu, hadis yang diriwiyatkan oleh Abu Dawud berbunyi, "Nikahlah kamu kepada wanita yang penyayang dan peranak".

Rasa kasih sayang adalah kebutuhan jiwa yang utama dalam hidup manusia. Manusia sangat membutuhkan rasa kasih sayang ini. Anak yang kurang rasa kasih sayang terhadap ibu bapaknya dan begitu pula sebaliknya, kedua belah pihak akan menderita batin. Penderitaan batin inilah yang disebut capai hati.

Capai hati inilah yang tidak dikehendaki oleh suami istri. Jadi, suami istri yang ideal harus punya kasih sayang dan sekiranya sudah punya anak, harus pula sang anak punya rasa kasih sayang terhadap ibu dan bapaknya. Inilah salah satu kesalehan dalam Islam. Sementara saleh yang sebenarnya menurut Islam adalah taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah dan suci serta beriman. Kesalehan, ketaatan dan kepatuhan, di sini pun, di samping taat dan patuh menunaikan agama, harus taat dan patuh kepada suami.

Demikianlah tuntunan serta pedoman yang diberikan Nabi Muhammad saw. kepada umatnya. Jadi, wanita yang beragama (salehah) harus patuh kepada agama dan suaminya. Dia harus juga berwajah senyum, tidak pernah membosankan bila dipandang, pengasih, penyayang, berbudi luhur, dan tidak mandul.

Nabi Muhammad saw. sebetulnya juga menyadari bahwa pada umumnya pria lebih cenderung pada kecantikan. Namun, di atas segala-galanya itu, hendaknya kita sebagai umat Islam meletakkan pilihan pada wanita yang beragama Islam.

Kita pun tahu bahwa kecantikan akan hilang, kekayaan akan lenyap, tetapi agama akan tetap mengisi rohani seseorang. Dengan rohani yang berisi keimanan, rumah tangga akan berdiri dengan kokoh.

Kekokohan rumah tangga inilah yang didambakan oleh setiap suami dan istri. Dengan kekokohan rumah tangga itu akan datang kebahagian. Pada umumnya setiap orang mendambakan kebahagiaan hidup dalam rumah tangga.

Bahagia bukan disebabkan harta dan kekayan, bukan disebabkan punya mobil dan rumah gedung, dan bukan pula karena istri cantik jelita. Bahagia ialah disebabkan ketenangan hati dan jiwa. Ini adalah pokok pertama dalam kebahagiaan. Bila sekiranya kebahagiaan itu hanya berada di tangan orang kaya, si miskin pun selalu dalam penderitaan. Akan tetapi ternyata, banyak orang miskin yang hidup berbahagia.

Mereka yang miskin tidak selalu makan dengan ayam, tetapi mencukupkan dengan apa adanya, dia masih sehat walafiat, lahir maupun batin. Dia masih bisa tersenyum dan bergurau. Dia punya keyakinan, bahwa Allah selalu memberi berkah kepada mereka yang kuat keimanannya.

Dalam mendapatkan jodoh pun, keimanan seseorang harus kuat, dan ilmu agama pun harus ada. Betapa pun seorang Islam harus beriman dan berilmu agama untuk mendapatkan jodoh yang ideal.

Selasa, 02 Februari 2010

Apa Yang Membuat Seorang Istri Menarik Dihadapan Suaminya

Apa yang membuat seorang istri menarik, hingga suami makin menyenangi dan mengaguminya? Karena interaksi dengan istri sudah menjadi keseharian dan hal rutin, seringkali seorang suami sulit menjawab pertanyaan itu. From a distance, mungkin sifat dan sikap menarik dan menyenangkan dari istri bisa diurai.

Kenapa saya pilih kata menarik instead of cantik? Cantik fisik itu relatif. Parameter-parameter pembangun kecantikan itu masih debatable. Terlebih lagi cantik fisik itu adalah daya tarik instant. Ia bisa menjadi daya tarik melenakan pada pandangan pertama dan pada interval waktu awal, tapi belum tentu pesona yang sama bisa dirasakan melalui interaksi pada jangka waktu yang panjang.

Menarik itu terbangun dari keutuhan kepribadian. Berbagai dimensi kecerdasan berpadu membangun kemenarikan (attractiveness), mulai dari kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional hingga kecerdasan spiritual dan kecerdasan religius. Maka kemenarikan seorang istri paling tidak tercermin dan menampak pada delapan pasangan karakter kunci di bawah ini:

  1. Ramah dan murah senyum : Keramahan dan murah senyum itu menjadi daya tarik universal. Ia menjadi salah satu kunci sukses seseorang, sebab dengannya ia mudah diterima orang lain. Dan ini menjadi faktor penting dalam berbagai kerja sosial dan profesional. Dan senyum adalah pancaran suasana hati. Murah senyum dan ramah itu bukan tampilan sesaat. Ia adalah cerminan kepribadian. Dengan senyuman istri, seorang suami mendapatkan ketentraman dan kehangatan jiwa. Setiap kali ia mendapatkan senyuman sang istri, terbitlah suasana "kemarilah, di sini aku selalu ada untukmu" menghiasi relung jiwanya.
  2. Optimis dan ceria : Masalah itu untuk dipecahkan dan jangan membuat kita berdiam diri. Percayalah, kalau kita bergerak dan berusaha, kita akan menemukan jalan keluar. Kalimat-kalimat barusan itu normatif. Tapi ketika ucapan-ucapan itu keluar dari seorang istri dan ketika hal itu diucapkan dengan penuh rasa optimis dan dibarengi keceriaan, yakinlah seorang suami bahwa ia memperoleh anugerah terindah dalam hidupnya. Seorang yang optimis itu tak akan berdiam diri dalam himpitan masalah. Ia akan mengurai masalah. Ia akan kerjakan apa yang bisa dikerjakan terlebih dahulu, tanpa menunda-nunda. Dan justru karena sikap melekat seperti ini, ia tak pernah mendapatkan dirinya menunggu himpitan segunung masalah. Setiap ada permasalahan hidup, ia cepat menyelesaikannya. Karena geraknya ini, setiap kali menyelesaikan satu pekerjaan, sekecil apapun, ia mendapatkan kesenangan jiwa. Dan karenanya sikap ceria selalu bisa dipelihara.
  3. Penyabar dan teguh hati : Bangunan rumah tangga itu ibarat bahtera yang berlayar mengarungi samudra. Adakalanya cuaca buruk melanda lautan. Angin dan ombak kencang menerpa. Pada saat itu terujilah sifat sabar dan teguh hati. Seorang suami akan sangat bersyukur dengan kesabaran dan keteguhan hati istrinya ketika menghadapi berbagai kesulitan hidup. Hari-hari ketika persediaan uang bahkan tak mencukupi untuk hidup sehari, ketika mesti bekerja keras karena memang tak ada dana untuk menggaji seorang pembantu, ketika mesti berjalan cukup jauh mengantar anak bersekolah dengan mendorong baby-car adiknya pula. Atau ketika hadir suara-suara,"Bagaimana mungkin kamu bersabar dengan kondisi begini? Sekali-kali berontak donk sama suami ...." Ketika itu kesabaran dan keteguhan seorang istri dalam menjalani episode kehidupan diuji. Tentu keteguhan hati itu lahir dari saling pengertian dan keyakinan, bahwa suami tak berdiam diri dengan kondisi yang ada. Tapi landasan utama keteguhan ini adalah pada keyakinan, bahwa Allah tak meninggalkan hambaNya. Dia akan menolong saat upaya kita sudah sampai pada batasnya; Saat kita berserah diri di ujung segala harapan dan hanya menggantungkan diri padaNya.
  4. Penyayang dan pemaaf : Manusia tak ada yang terbebas dan kekhilafan dan kekeliruan. Begitu juga seorang suami terhadap istrinya. Bahkan di hadapan istrinya, hampir semua ketidaksempurnaan yang dapat ia tutupi di luar rumah, akan terbuka. Sifat penyayang dan pemaaf amat diperlukan seorang suami, dihadapkan pada segala kelemahan dirinya. Pengertian istri sungguh menjadi sesuatu yang amat dihajatkan. Dengan ini seorang suami terhindar dari keputusasaan dan blaming himself too far, menyalahkan diri sendiri terlalu jauh. Dengan ini seorang suami tetap bisa terjaga harga diri dan sikap optimisnya. Penyayang dan pemaaf juga nampak pada keseharian istri dalam mendidik anak-anak. Suami akan senang melihat anak-anak tumbuh dalam suasana kasih sayang. Pemaafan atas kesalahan anak-anak bukan untuk mentolerir kesalahan itu, tapi untuk memberikan kesempatan kepada mereka belajar dari kesalahannya. Penyayang juga menjadi karakter yang muncul saat istri berinterkasi dengan orang tua dan kerabat suaminya. Pernikahan itu menyatukan dua bani. Dan ketika suami mendapatkan istrinya menerima dan diterima dengan baik dan bahkan menjadi kesayangan orang tua dan karib kerabatnya, sungguh ia merasakan rasa senang tiada tara.
  5. Empatif dan ringan tangan : Bekerja sama dan saling menolong dalam kehidupan rumah tangga menjadi tuntutan mendasar. Adapun sifat empatif dan ringan tangan dalam menolong di sini lebih ditekankan pada karakter seorang istri bagi masyarakat di sekelilingnya. Sebuah rumah tangga menjadi bagian dari satu masyarakat. Keharmonisan satu keluarga dalam menempatkan diri di tengah masyarakat menjadi satu kepuasan batin dan kebahagiaan tersendiri. Ketika seorang istri menunjukkan sikap empatif dan banyak memberikan pertolongan kepada orang-orang di sekeliling rumah, seorang suami akan mendapatkan pesona sosial pada istrinya. Selain itu, seorang istri yang memberikan perhatian terhadap masyarakat sekelilingnya justru akan semakin bersikap dewasa dalam mengatasi permasalahan rumah tangganya. Ini menjadikan suasana komunikasi dengan suaminya di rumah lebih seimbang dan menentramkan.
  6. Aktif dan produktif : Pesona sosial pada seorang istri lebih dirasakan suaminya, ketika ia memberikan kontribusi lebih sistematis kepada masyarakatnya. Tidak menjadi masalah pada bidang apa kontribusi ini dicurahkan, pada pendidikan, kesehatan, perekonomian, kesejahteraan, atau beberapa sektor industri. Yang pasti keaktifan dan produktifitas seorang istri bagi masyarakatnya menjadi daya tarik tersendiri bagi suami. Produktifitas ini tentu saja tidak mesti identik pada jauh meninggalkan urusan rumah tangga. Saya sendiri melihat, basis dari segala aktifitas sosial seorang istri itu adalah bagaimana ia menjadi aktifis yang memiliki visi terbangunnya keluarga-keluarga yang sehat, cerdas dan sejahtera. Untuk mewujudkan visi di atas dibutuhkan dukungan segenap instrument sosial-kemasyarakatan dan kenegaraan, mulai dari peraturan perundangan yang digodok di lembaga legislatif, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkan lembaga pendidikan dan riset, konsep dan kebijakan yang dibuat eksekutif, aktifitas pemberdayaan masyarakat yang dipelopori LSM-LSM (NGOs) dan gerakan sosial lainnya hingga wujud materi peradaban seperti sekolah-sekolah, klinik hingga rumah sakit, industri farmasi penopang kesehatan, industri pemasok makanan bergizi, industri telekomunikasi yang memfasilitasi dan menyajikan informasi yang baik dan mencerdaskan, dan lain-lain. Karenanya terbuka seribu satu medan bagi para istri untuk berkiprah, mulai dari ruang lingkup rukun tangga (RT), rukun warga (RW) hingga lingkup negara dan bahkan dunia.
  7. Cerdas dan kreatif : Kepribadian seorang manusia itu terus berkembang dan tumbuh menuju kematangan tatkala proses belajar terus menyertainya. Dari waktu ke waktu istri pembelajar akan selalu menghadirkan kemenarikan yang baru. Satu hari tiba-tiba dia memasak kue bolu amat lezat, yang belum pernah disajikan kepada keluarganya. Di kesempatan lain dia mengisahkan baru lulus kursus Qiraati -satu metoda belajar membaca al-Quran-, karena memang dibutuhkan untuk menyertai perkembangan salah satu sisi pendidikan anak-anak. Atau ketika dia mengikuti kegiatan senam kebugaran dengan tekun, yang memang membuat tubuhnya bugar dan menambah vitalitas hubungan dengan suaminya. ,Kecerdasan itu bergabung dengan kreatifitas dan berjalan seiring. Kreatifitas dalam mengelola rumah tangga menjadi pesona tiada batas bagi pasangan suami-istri. Dengan daya kreatif ini, segala masalah bisa dihadapi secara cerdas dan tepat.
  8. Tekun dan ikhlas beribadah : Puncak dan sekaligus landasan bagi segala daya tarik seorang istri adalah pada ketekunannya menjalankan ibadah dan mengikhlaskan segala cinta, aktifitas dan kerja-kerjanya semata untuk mengharapkan keridhoan Ilahi. Pada karakter ini seorang istri adalah individu yang independent dari siapapun, termasuk dari suaminya. Ia akan menggapai kemuliaan dirinya di hadapan Allah Penguasa Alam Semesta dan di hadapan segenap makhlukNya, termasuk di hadapan suaminya.

Minggu, 31 Januari 2010

Menyingkap HikmaH Shalat Subuh

Sesungguhnya amal manusia yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya” Jika shalatnya baik, maka baik pula seluruh amalnya; dan kalau jelek, maka jeleklah seluruh amalnya. Bagaimana mungkin seorang mukmin mengharapkan kebaikan di akhirat, sedang pada hari kiamat bukunya kosong dari shalat Subuh tepat waktu?

“Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya’ dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya (berjamaah di masjid) sekalipun dengan merangkak” [HR Al-Bukhari dan Muslim]

Shalat Subuh memang shalat wajib yang paling sedikit jumlah rekaatnya; hanya dua rekaat saja. Namun, ia menjadi standar keimanan seseorang dan ujian terhadap kejujuran, karena waktunya sangat sempit (sampai matahari terbit)

Ada hukuman khusus bagi yang meninggalkan shalat Subuh. Rasulullah saw telah menyebutkan hukuman berat bagi yang tidur dan meninggalkan shalat wajib, rata-rata penyebab utama seorang muslim meninggalkan shalat Subuh adalah tidur.

“Setan melilit leher seorang di antara kalian dengan tiga lilitan ketika ia tidur. Dengan setiap lilitan setan membisikkan, ‘Nikmatilah malam yang panjang ini’. Apabila ia bangun lalu mengingat Allah, maka terlepaslah lilitan itu. Apabila ia berwudhu, lepaslah lilitan yang kedua. Kemudian apabila ia shalat, lepaslah lilitan yang ketiga, sehingga ia menjadi bersemangat. Tetapi kalau tidak, ia akan terbawa lamban dan malas”.

“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan (waktu Isya’ dan Subuh) menuju masjid dengan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat” [HR. Abu Dawud, At-Tarmidzi dan Ibnu Majah]

Allah akan memberi cahaya yang sangat terang pada hari kiamat nantinya kepada mereka yang menjaga Shalat Subuh berjamaah (bagi kaum lelaki di masjid), cahaya itu ada dimana saja, dan tidak mengambilnya ketika melewati Sirath Al-Mustaqim, dan akan tetap bersama mereka sampai mereka masuk surga, Insya Allah.

“Shalat berjamaah (bagi kaum lelaki) lebih utama dari shalat salah seorang kamu yang sendirian, berbanding dua puluh tujuh kali lipat. Malaikat penjaga malam dan siang berkumpul pada waktu shalat Subuh”. “Kemudian naiklah para Malaikat yang menyertai kamu pada malam harinya, lalu Rabb mereka bertanya kepada mereka - padahal Dia lebih mengetahui keadaan mereka - ‘Bagaimana hamba-2Ku ketika kalian tinggalkan ?’ Mereka menjawab, ‘Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat dan kami jumpai mereka dalam keadaan shalat juga’. ” [HR Al-Bukhari]

Sedangkan bagi wanita - walau shalat di masjid diperbolehkan - shalat di rumah adalah lebih baik dan lebih banyak pahalanya, yaitu yang mengerjakan shalat Subuh pada saat para pria sedang shalat di masjid. Ujian yang membedakan antara wanita munafik dan wanita mukminah adalah shalat pada permulaan waktu.

“Barang siapa yang menunaikan shalat Subuh maka ia berada dalam jaminan Allah. Shalat Subuh menjadikan seluruh umat berada dalam jaminan, penjagaan, dan perlindungan Allah sepanjang hari. Barang siapa membunuh orang yang menunaikan shalat Subuh, Allah akan menuntutnya, sehingga Ia akan membenamkan mukanya ke dalam neraka” [HR Muslim, At-Tarmidzi dan Ibnu Majah]

Banyak permasalahan, yang bila diurut, bersumber dari pelaksanaan shalat Subuh yang disepelekan. Banyak peristiwa petaka yang terjadi pada kaum pendurhaka terjadi di waktu Subuh, yang menandai berakhirnya dominasi jahiliyah dan munculnya cahaya tauhid. “Sesungguhnya saat jatuhnya adzab kepada mereka ialah di waktu Subuh; bukankah Subuh itu sudah dekat?” (QS Huud:81)

Rutinitas harian dimulainya tergantung pada pelaksanaan shalat Subuh. Seluruh urusan dunia seiring dengan waktu shalat, bukan waktu shalat yang harus mengikuti urusan dunia.

“Jika kamu menolong (agama) Allah, maka ia pasti akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS Muhammad : 7)

“Sungguh Allah akan menolong orang yang menolong agamanya, sesungguhnya Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa” (QS Al-Hajj:40)

TIPS MENJAGA SHALAT SUBUH :

  1. Ikhlaskan niat karena Allah, dan berikanlah hak-hak-Nya
  2. Bertekad dan introspeksilah diri Anda setiap hari
  3. Bertaubat dari dosa-dosa dan berniatlah untuk tidak mengulangi kembali
  4. Perbanyaklah membaca doa agar Allah memberi kesempatan untuk shalat Subuh
  5. Carilah kawan yang baik (shalih)
  6. Latihlah untuk tidur dengan cara yang diajarkan Rasulullah saw (tidur awal; berwudhu sebelum tidur; miring ke kanan; berdoa)
  7. Mengurangi makan sebelum tidur serta jauhilah teh dan kopi pada malam hari
  8. Ingat keutamaan dan hikmah Subuh; tulis dan gantunglah di atas dinding
  9. Bantulah dengan 3 buah bel pengingat(jam weker; telpon; bel pintu)
  10. Ajaklah orang lain untuk shalat Subuh dan mulailah dari keluarga

Jika Anda telah bersiap meninggalkan shalat Subuh, hati-hatilah bila Anda berada dalam golongan orang-orang yang tidak disukai Allah untuk pergi shalat. Anda akan ditimpa kemalasan, turun keimanan, lemah dan terus berdiam diri.

diambil dari group "Yang Pengen nikah gabung sini"
pengirim "Ninos Sang Pujangga"



Jumat, 29 Januari 2010

Setan Ada Dalam Diri Kita

DALAM Ensiklopedi Islam karya Cyril Glasse, setan (syaithan) nyaris disamakan dengan iblis. Jika iblis yang berasal dari bahasa Yunani itu berarti "pemfitnah" atau "tipu daya", pribadi yang tugasnya melancarkan tipu daya disebut syaithan.
Dalam Al Quran, iblis dianggap sebagai musuh meski semula iblis termasuk golongan malaikat. Tetapi sejak ia menentang perintah Allah untuk bersujud menghormat kepada Adam, Allah mengusirnya. Jadilah iblis atau setan itu penggoda manusia untuk menyesatkan dari jalan yang benar.
Terminologi Hindu juga mengenal penggoda ciptaan Tuhan seperti iblis dan setan. Namanya bhuta, dari bahasa Sanskerta berarti unsur atau elemen yang bisa "mengikat" manusia dalam usaha mendekatkan diri kepada Tuhan. Meski secara etimologis nama itu tidak ada kaitannya dengan suatu "mahluk", tetapi secara mitologis disebutkan, para bhuta diciptakan Tuhan untuk memperdaya dan menggoda manusia.
Tersebut dalam Siva Purana, Menaka amat ingin melihat ketampanan Dewa Siwa yang akan menikahi putrinya, Dewi Parwati. Namun, saat Siwa datang, Menaka justru menjadi pingsan karena yang dilihat makhluk dengan tiga mata, lima wajah, dan sepuluh tangan mengendarai seekor lembu. Tubuhnya dilumuri debu dan bulan sabit mengiasi kepalanya. Berpakaian kulit rusa dengan kalung tengkorak manusia, Siwa dikelilingi hantu yang amat menakutkan. Beruntung para Dewa dapat meyakinkan Menaka, Siwa yang sebenarnya tidak demikian. Saat Menaka percaya, Siwa memperlihatkan wujud aslinya yang amat tampan dengan tubuh bersinar.
Mirip alegori goa Plato, mitologi Siwa seolah ingin menegaskan, pandangan manusia bersifat dualistis, dari mereka yang tidak mengetahui (avidya) dan yang mengetahui (vidya). Awalnya Menaka tidak memiliki pengetahuan apa pun tentang Siwa sehingga yang dia lihat adalah Siwa yang menakutkan. Tetapi setelah memperoleh pengetahuan tentang hakikat Siwa dari para dewa, pandangannya berubah, Siwa yang menakutkan menjadi Siwa yang menawan, tampan, dan bercahaya. Dualisme pandangan ini dalam perkembangan Hindu di Bali dikemas dalam semboyan bhuta ya, dewa ya yang lebih bersifat monistis, sebenarnya yang buruk (bhuta) maupun yang baik (dewa) pada hakikatnya adalah tunggal, sama-sama bermanfaat, tinggal bagaimana kita menyikapinya.
PELAKSANAAN upacara Tawur Kesanga, 20 Maret, sehari menjelang Nyepi (tahun baru Saka 1926) yang jatuh pada tanggal 21 Maret 2004, berkait dengan pergumulan untuk mendidik manusia yang "tidak berpengetahuan" (avidya) menjadi "berpengetahuan" (vidya). Caranya dengan mengubah bhuta (yang bersifat buruk) pada alam dan manusia menjadi dewa (yang bersifat baik). Dengan demikian, alam menjadi lestari dan manusia dapat melaksanakan ajaran agama dengan mantap.
Harus diingat, dalam ajaran Hindu, tidak ada ciptaan Tuhan yang dibenci, termasuk bhuta atau setan sekali pun. Godaan (setan) bisa berubah menjadi kekuatan jika disikapi dengan pengetahuan. Cobaan dan penderitaan jika dihadapi dengan pengetahuan dan usaha bisa menjadi awal kesuksesan yang membawa kemajuan. Jadi, pada tataran metafisik, Hindu amat dekat dengan mistik Islam, tasawuf. Penyair sufi terkenal, seperti Rabi’ah al-Adawiyah, ketika ditanya apakah dia tidak membenci setan, menjawab, "Cintaku kepada Allah telah menyebabkan aku tidak mempunyai kesempatan untuk membenci setan" (Siregar, 1999). Jawaban Rabi’ah al-Adawiyah ini sesuai sistem kerohanian dan filsafat Hindu yang mengutamakan hidup tanpa kebencian dan tanpa kekerasan (ahimsa), seperti yang telah dilaksanakan Mahatma Gandhi. Dalam tataran filsafat perenial, antara Hindu dan Islam ada kesamaan. Budhy Munawar-Rachman (dalam Hidayat dan Nafis, 2003) mengutip Huston Smith bahwa antara Hindu dan Islam yang semula dianggap berbeda ternyata "mempunyai kesatuan, bila tidak malah kesamaan" pada tingkat the common vision.
Jadi, masalahnya adalah pengetahuan. "Pengetahuan" dalam pengertian Hindu merupakan jalinan holistis antara filsafat (agama), logika, dan kontemplasi atau tindakan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Upacara dan simbol, seperti dilakukan dalam rangkaian Nyepi, merupakan salah satu jalan untuk mengungkap pengetahuan itu. Masih ada jalan (marga) lain, seperti bhakti, karma (karya), jnana (ilmu pengetahuan), sampai raja yoga, berpuncak pada samadi, untuk mempersatukan atman (jiwa) dengan Brahman (Tuhan). Berbagai jalan itu dalam praktiknya saling mendukung dan melengkapi.
PENGANUT Hindu menyebut agamanya sanatana dharma, artinya "kebenaran abadi". Musisi dan sufi terkenal Hazrat Inayat Khan memberi arti dharma sebagai sesuatu yang hidup. Hidup sendiri adalah agama, dan "inilah agama sejati, agama masa lalu, dan akan menjadi agama masa depan".
Dalam Hindu, masyarakat awam diperkenankan melakukan ritual dengan caranya sendiri dan memperoleh kepuasan batin sama seperti pemeluk yang telah maju dalam pengetahuan dan kerohanian. Bhagavadgita menyebutkan, "Dengan jalan bagaimana pun orang-orang mendekati-Ku, dengan jalan yang sama itu juga Aku memenuhi keinginan mereka"(BG IV, 11). Mengacu sloka (ayat) Bhagavadgita itu, menjadi jelas tidak ada ritual atau cara peribadatan yang dianggap salah dalam ajaran Hindu. Tokoh pencerah agama seperti Vivekananda bahkan menolak konsep dosa. Yang ada hanya pendakian dari kebenaran yang lebih rendah menuju kebenaran lebih tinggi.
Dalam pendakian itu, umat Hindu menyelaraskan diri yang kecil (bhuwana alit) dengan alam besar (bhuwana agung). Apa pun yang ada dalam bhuwana agung juga dianggap ada dalam bhuwana alit. Setan yang ada di jagat besar sebenarnya ada di jagat kecil, pada diri sendiri. "Setan dalam diri" itulah yang paling berbahaya. Meski masih bisa diperdebatkan, Yoga menyebut setan diri "berwajah" tiga, kemarahan (krodha), keserakahan (lobha), dan keterikatan akibat kebingungan (moha). "Dari kemarahan, muncullah kebingungan; dari kebingungan, kecerdasan menjadi hilang; hilangnya kecerdasan menghancurkan kebijaksanaan, dan hancurnya kebijaksanaan akan menghancurkan diri sendiri" (BG II, 63).
Jika direnungkan secara mendalam, bukankah setan berwajah tiga itu yang menyebabkan terjadinya aneka masalah bangsa saat ini, seperti kekerasan, KKN, pembobolan bank, dan separatisme? Setan berwajah tiga itu pula yang sedang mengancam keselamatan bangsa dalam rangkaian Pemilu 2004 jika kita semua tidak waspada dan berhati-hati. Manusia bukan hanya daging, napas hidup, dan akal budi seperti ujar filsuf Marcus Aurelius. Manusia sejati adalah dewa pemaham dan penguasa atas diri sendiri.

Kamis, 28 Januari 2010

Filsafat Rasa Hidup

Filsafat ialah pengetahuan tentang segala apa yang ada. Filsafat memberi jawaban atas pertanyaan "Apakah hakikatnya segala yang ada di atas bumi dan di kolong langit?"
Segala apa yang ada ini dapat dibagi dua bagian, yaitu benda hidup dan benda tidak hidup. Benda tidak hidup berupa cangkir, piring, meja, kursi, batu dan sebagainya. Benda hidup berupa tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia. Jadi segala apa yang ada hanya terdiri dari benda hidup dan benda tidak hidup, selain itu tidak ada.
Benda tidak hidup tidak bergerak, kecuali bila digerakkan oleh benda lain. Sedangkan benda hidup bergerak walaupun tidak digerakkan oleh benda lain. Dengan demikian maka hidup itu bersifat gerak pribadi (dapat bergerak sendiri).
Gerak dan diam ialah sifat laku (bhs. Jawa: lelampahan). Diam ialah tetap pada tempatnya, dan bergerak ialah berpindah tempat, walaupun yang bergerak hanya bagian benda itu. Jadi hidup itu bersifat gerak. Yang bergerak ialah satu persatu benda jadi. Wujud satuan benda jadi ialah hewan, manusia, meja, kursi dan sebagainya. Wujud manusia sebagai benda disebut badan (raga). Raga manusia senantiasa dapat bergerak sendiri. Kalau raga itu tidak dapat lagi bergerak sendiri, maka raga itu disebut mati. Jadi mati ialah tidak lagi dapat bergerak sendiri.
Kalau kita mengerti bahwa hidup ialah laku, maka orang bebas dari anggapan bahwa hidup ialah benda. Anggapan bahwa hidup itu benda, menimbulkan persoalan yang berupa pertanyaan sebagai berikut, "Bila orang telah meninggal, maka akan ke manakah hidupnya?". Teranglah pertanyaan ini menanyakan tempat benda, yaitu si hidup yang dianggapnya benda.
Yang memerlukan tempat ialah benda, tetapi gerak tidak memerlukan tempat. Misalnya duduk ialah suatu gerak, dan oleh karena itu tidak memerlukan tempat. Yang membutuhkan tempat ialah raga yang duduk; seperti halnya si Dadap duduk di kursi. Jadi yang memerlukan tempat di kursi ialah raga si Dadap.
Laku dapat dibagi-bagi menurut artinya. Bagian-bagian laku merupakan rentetan kejadian yang saling kait-mengait dalam hubungan sebab dan akibat, yang berlangsung di dalam waktu (jaman). Maka laku memakan waktu.
Benda hidup dapat dibagi menjadi tiga golongan, yakni tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia. Benda hidup yang dinamakan manusia, ia merasa hidup. Jadi manusia mempunyai rasa hidup. Rasa hidup inilah yang mendorong manusia bergerak.
Di sini perlu diselingi keterangan, bahwa tindakan manusia itu terdorong oleh perasaannya. Orang mencari minum karena terdorong oleh rasa haus, dan orang ingin tidur karena terdorong oleh rasa kantuk.
Bahkan bukan saja gerak manusia, tetapi gerak semua benda hidup, tumbuh-tumbuhan atau hewan, juga didorong oleh rasa hidup. Karena gerak benda hidup terdorong oleh rasa hidup, maka maksud gerak semua benda hidup ialah supaya hidupnya berlangsung terus. Maka rasa hidup menolak kematian.
Sebagai contoh, misalnya pohon mangga itu bergerak, dan akar-akarnya masuk ke dalam tanah mencari makanan, tentu dengan maksud agar hidupnya berlangsung walaupun tidak disadari. Setelah besar (dewasa) pohon mangga itu tidak berhenti di situ saja, tetapi tentu akan berbunga, dan bunga ini menjadi putik yang kemudian menjadi buah. Buah mangga itu setelah masak akan jatuh di tanah, yang kemudian tumbuh menjadi pohon mangga lain lagi. Maka bila pohon yang tua mati, yang muda akan menggantikan hidupnya.
Keadaan seperti di atas yang melangsungkan jenis pohon mangga, karena pohon muda itu pun bila sudah dewasa akan berbuah, dan demikian seterusnya. Jadi selain melangsungkan hidupnya, gerakan pohon mangga itu pun melangsungkan jenisnya.
Di sini jelaslah bahwa gerak pohon mempunyai dua macam maksud, yakni agar dapat melangsungkan hidupnya dan melangsungkan jenisnya. Demikian juga maksud gerak hewan dan manusia. Maka maksud gerak bagi pohon, hewan dan manusia ialah sama, yaitu supaya dapat melangsungkan hidup dan jenisnya.
Gerak manusia yang ditujukan untuk melangsungkan hidupnya seperti makan, berpakaian, bertempat tinggal (bhs. Jawa: pangan, sandang, papan) disebut memenuhi kebutuhan hidup (bhs. Jawa: pangupa jiwa). Bila tidak makan, manusia akan menjadi sakit, dan kemudian mati. Maka makan ialah kebutuhan hidup. Kegunaan pakaian ialah untuk melindungi badan dari hawa panas atau dingin. Karena bila terserang panas atau dingin yang hebat, badan menjadi sakit, dan kemudian mati. Maka pakaian merupakan kebutuhan hidup. Kegunaan tempat tinggal ialah untuk beristirahat atau tidur. Bila tidak tidur orang menjadi sakit, dan kemudian mati. Maka tempat tinggal atau perumahan merupakan kebutuhan hidup.
Gerak manusia yang ditujukan untuk melangsungkan jenisnya berupa perkawinan. Bila tidak kawin, orang tidak dapat beranak-cucu, hingga habislah jenis manusia. Maka perkawinan merupakan kebutuhan hidup.
Demikianlah, "pangupa jiwa" dan perkawinan menjadi kebutuhan hidup. Bila kebutuhan hidupnya tidak terpenuhi maka orang akan mati atau tidak akan berketurunan. Oleh karena itu, bila kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi, orang merasa senang dan bila tidak, orang merasa susah. Maka rasa hidup ini menimbulkan takut mati dan takut tidak berketurunan, dan mendorongnya untuk menghindari apa yang dapat menyebabkan ia mati atau tidak mempunyai keturunan.
Penyakit, kelaparan, ketelanjangan, tidak bertempat tinggal dan sebagainya, merupakan sebab kematian. Yang menyebabkan tidak berketurunan, ialah tidak dapat jodoh, perceraian, mandul, dan sebagainya. Jadi takut mati dan takut tidak mempunyai keturunan, menurut rasa hidup ialah wajar.
Bila jiwa mengalami kelainan, sering orang melakukan pantang makan, pantang tidur, pantang istri/suami dan sebagainya. Kelainan jiwa ini disebabkan karena keinginan memperoleh keunggulan dalam suatu hal (bhs. Jawa: linangkung) atau karunia dari Yang Mahakuasa. Menolak kebutuhan hidup demikian itu tidak wajar.
Menolak kebutuhan hidup menimbulkan perang batin. Padahal perang batin mengakibatkan penderitaan. Maka menolak kebutuhan hidup berarti mengalami penderitaan jiwa (bhs. Jawa: cilaka).
Bagaimanakah perang batin itu timbul? Seseorang yang pantang makan tentu akan merasa lapar. Di situ rasa ingin makan bertentangan dengan rasa pantang makan, maka terjadilah perang batin. Dalam perang batin kadang-kadang diri sendiri menjadi "yang ingin makan", dan kadang-kadang menjadi "yang pantang makan". Ketika menjadi "yang ingin makan", rasanya "aku ingin makan". Ketika menjadi "yang pantang makan", rasanya "aku pantang makan". Akulah yang menguasai nafsuku, dan yang ingin makan ialah godaan. Seolah-olah dirinya sendiri pecah menjadi dua. Demikian kebingungan seorang bila timbul perang batin, sehingga sangat sukar untuk mengatakan yang manakah dirinya sendiri.
Apabila orang menyadari kelainan dalam jiwanya, yang berupa keinginannya memperoleh keunggulan atau karunia, perang batin itu sirna. Lenyapnya perang batin, membangunkan rasa tenteram

Rabu, 27 Januari 2010

TEORI DAN PERSOALAN TEORI GENERALISASI, KAUSALITAS, EMIK-ETIK

Dalam menjelaskan teori ada dua pengertian yang mengemukakan mengenai teori dengan masih adanya paradigma positivistic dan didilanjutkan kemudian oleh glaser & strauss. Nah mari kita simak pengertian yang diambil oleh mereka dalam memahami sebuah teori. Teori menurut snelbecker dianggap sebagai sebuah seperangkat proposisi yang terintegrasi secara sinteksis. Sederhananya bahwa teori terdiri dari susunan kata atau bahasa yang difungsikan sebagai proposisi sehingga menjadi logis pernyataan tersebut didasari data yang diamati. Dalam fungsinya Snelbecker melanjutkan sebagai wahana meramalkan atau menjelaskan fenomena yang diamati. Sementara Marx dan Goodson menyimak teori sebagai aturan yang menjelaskan proposisi yang berkaitan dengan fenomena alamiah.yang didalamnya terdapat representasi simbolik dari :
  1. hubungan yang diamati diantara kejadian yang diukur
  2. mekanisme yang mendasari hubungan tersebut
  3. mekanisme yang berhubungan diamati tanpa adanya manifestasi hubungan empiris secara langsung.
Beberapa tokoh tersebut dalam mendefinisikan tersebut masih belum bisa terlepas dari paradigma Positivitik (keterukuran). Berbeda Glaser & Strauss dalam mendefinisikan teori mengambil dari grounded theory yang dikomparatifkan.
Dalam bentuk formulasi teori yang mengambil kajian dari glaser dan strauss (grounded theory) ada dua bentuk penyajiannya yaitu : a).penyajian dalam seperangkat proposisi artian pengambilan frame awal ketika hendak meneliti menggunakan perspektif atau pandangan tunggal b).dalam bentuk diskusi, artian terjadinya pengertian ganda atau bertentangan didalam hendak menggunakan sebuah perspektif.
Kemudian kualitatif juga disusun dalam dua bentuk penggunaan pertama, teori substantive (yang bersifat tampak) diuji dalam satu situasi teori yang dikembangkan untuk keperluan substantive atau empiris dalam inkuiri suatu ilmu pengetahuan dan kedua teori formal (bersifat middle range theory filosofis) yaitu untuk keperluan formal yang disusun secara konseptual dalam bidang inkuiri suatu ilmu pengetahuan mudahnya Diuji dalam Beberapa situasi ringkasnya menurut strauss & corbin bukanlah tingkatan kondisi yang menimbulkan perbedaaan antara substantive dan formal, melainkan keragaman situasi yang diteliti(lebih lanjut baca buku A. chaedar alwasilah hlm.137). Dalam unsur teori dibentuk analisis perbandingan melalui ada cakupannya yaitu : kategori konseptual dan kawasan konseptual kemudian hipotesis atau hubungan generalisasi. Menilik permasalahan dalam penyusunan teori formal yang tidak langsung
Dalam kualitatif, objek penelitiannya mempunyai sifat dinamis sehingga itu berpengaruh terhadap adanya verifikasi teori. Objek penelitian tersebut ada dalam satu objek namun dikarenakan adanya perubahan dari kondisi dalam wilayah tersebut. Maka sifatnya lebih kepada kontekstual (realita) dan itu diupayakan akan adanya sebuah verifikasi (perubahan) teori.
Beberapa persoalan yang berkatian dengan penyusunan teori, lexi menyebutkan dengan tiga persoalan :
Generalisasi
Dalam fungsinya generalisasi mempertahankan nilai-nilai yang bebas konteks dan nilai-nilai tersebut terletak kepada kemampuan mengatur usaha meramalkan dan mengontrol. Namun adanya kelemahan terhadap konsep generalisasi klasik : a. bergantung pada determinisme. b. bergantung pada logika induktif. c. bergantung kepada asumsi bebas dari waktu dan konteks. d. terjerat dalam dilemma nomotetik-ideografik. e. terjerat dalam kekeliruan reduksionis. Sedangkan dalam generalisasi alamiah ada dua jenis yaitu pertama rasionalstik secara proporsional dalam bentuk hokum, kedua yang lebih intuitif dan empiris
Kausalitas
Dalam proses kausalitas (sebab-akibat) bila dikaitkan dalam kualitatif ada kelemahan dari kausalitas yang diartikan sebagai hubungan antara sebab dan akibat itu dipengaruhi oleh adanya reaksi yang direspon pasif pada akibat tersebut namun dalam kualitatif nilai dari kausalitas saling berpengaruh atau terjadi hubungan timbal balik antara sebab akibat (aksi dan reaksi yang saling mempengaruhi). Sebab gejala atau penomena dipengaruhi oleh sebuah system (hubungan saling kait mengkait).


Persoalan emik-etik
Dalam pendekatan etik terhadap data maka ia melakukan generalisasi pernyataan tentang data bahwa ia: a. mengelompokkan secara sistematis seluuh data yang dapat diperbandingkan kedalam sistem tunggal b. menyediakan seperangkat criteria untuk mengklaisifikasi unsure data c. mengorganisasi data yang telah dikasifikasi kedalam tipe-tipe d. mempelajari ,menemukan dan menguraikan setiap data yang baru kedalam kerangka yang dibuatnya . Pendekatan emik merupakan essensi yang sahih untuk satu bahasa atau satu kebudayaan pada waktu tertentu. (kontekstualitas)
Cirri-ciri Pendekatan emik Pendekatan etik
Dari segi titik pandang Dari dalam (internal) Dari luar (ekternal) asing
Hubungan dengan kese-luruhan Diperlukan , saling kait mengkait Tidak diperlukan Mengkaji Beberapa per-soalan
Hakikat fisik, respon dan distribusi Memusatkan seluruh ting-katan baik langsung atau tidak langsung Memusatkan Ciri fisik
Identitas kensibian Mutlak
Titik tolak dari segi nilai Individual Kelompok

Penyakit yang menimpa perempuan yang tidak berjilbab

Rasulullah bersabda, "Para wanita yang berpakaian tetapi (pada hakikatnya) telanjang, lenggak-lengkok, kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk surga dan tiada mencium semerbak harumnya (HR. Abu Daud)
Rasulullah bersabda, "Tidak diterima sholat wanita dewasa kecuali yang memakai khimar (jilbab) (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, bn Majah)
Penelitian ilmiah kontemporer telah menemukan bahwasannya perempuan yang tidak berjilbab atau berpakaian tetapi ketat, atau transparan maka ia akan mengalami berbagai penyakit kanker ganas di sekujur anggota tubuhnya yang terbuka, apa lagi gadis ataupun putri-putri yang mengenakan pakaian ketat-ketat. Majalah kedokteran Inggris melansir hasil penelitian ilmiah ini dengan mengutip beberapa fakta, diantaranya bahwasanya kanker ganas milanoma pada usia dini, dan semakin bertambah dan menyebar sampai di kaki. Dan sebab utama penyakit kanker ganas ini adalah pakaian ketat yang dikenakan oleh putri-putri di terik matahari, dalam waktu yang panjang setelah bertahun-tahun. dan kaos kaki nilon yang mereka kenakan tidak sedikitpun bermanfaat didalam menjaga kaki mereka dari kanker ganas. Dan sungguh Majalah kedokteran Inggris tersebut telah pun telah melakukan polling tentang penyakit milanoma ini, dan seolah keadaan mereka mirip dengan keadaan orang-orang pendurhaka (orang-orang kafir Arab) yang di da'wahi oleh Rasulullah. Tentang hal ini Allah berfirman:
وإذ قالوا اللهم إن كان هذا هو الحق من عندك فأمطر علينا حجارة من السماء أو ائتنا بعذاب أليم (الأنفال: 32)
Dan ingatlah ketika mereka katakan: Ya Allah andai hal ini (Al-Qur'an) adalah benar dari sisimu maka hujanilah kami dengan batu dari langit atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih ( Q.S. Al-Anfaal:32)
Dan sungguh telah datang azab yang pedih ataupun yang lebih ringan dari hal itu, yaitu kanker ganas, dimana kanker itu adalah seganas-ganasnya kanker dari berbagai kanker. Dan penyakit ini merupakan akibat dari sengatan matahari yang mengandung ultraviolet dalam waktu yang panjang disekujur pakaian yang ketat, pakaian pantai (yang biasa dipakai orang-orang kafir ketika di pantai dan berjemur di sana) yang mereka kenakan. Dan penyakit ini terkadang mengenai seluruh tubuh dan dengan kadar yang berbeda-beda. Yang muncul pertama kali adalah seperti bulatan berwarna hitam agak lebar. Dan terkadang berupa bulatan kecil saja, kebanyakan di daerah kaki atau betis, dan terkadang di daerah sekitar mata; kemudian menyebar ke seluruh bagian tubuh disertai pertumbuhan di daerah-daerah yang biasa terlihat, pertautan limpa (daerah di atas paha), dan menyerang darah, dan menetap di hati serta merusaknya.
Terkadang juga menetap di sekujur tubuh, diantaranya: tulang, dan bagian dalam dada dan perut karena adanya dua ginjal, sampai menyebabkan air kencing berwarna hitam karena rusaknya ginjal akibat serangan penyakit kanker ganas ini. Dan terkadang juga menyerang janin di dalam rahim ibu yang sedang mengandung. Orang yang menderita kanker ganas ini tidak akan hidup lama, sebagaimana obat luka sebagai kesempatan untuk sembuh untuk semua jenis kanker (selain kanker ganas ini), dimana obat-obatan ini belum bisa mengobati kanker ganas ini.
Dari sini, kita mengetahui hikmah yang agung anatomi tubuh manusia di dalam perspektif Islam tentang perempuan-perempuan yang melanggar batas-batas syari'at. yaitu bahwa model pakaian perempuan yang benar adalah yang menutupi seluruh tubuhnya, tidak ketat, tidak transparan, kecuali wajah dan telapak tangan. Dan sungguh semakin jelaslah bahwa pakaian yang sederhana dan sopan adalah upaya preventif yang paling bagus agar tidak terkena "adzab dunia" seperti penyakit tersebut di atas, apalagi adzab akhirat yang jauh lebih dahsyat dan pedih. Kemudian, apakah setelah adanya kesaksian dari ilmu pengetahuan kontemporer ini -padahal sudah ada penegasan hukum syari'at yang bijak sejak 14 abad silam- kita akan tetap tidak berpakaian yang baik (jilbab), bahkan malah tetap bertabarruj???

Senin, 25 Januari 2010

REFLEKSI AKHIR TAHUN

oleh :
Muhammad Taslim Al-Mandari
dosen STAIN Al-Fatah Jayapura

Dendam ialah suatu keinginan keras yang kadang-kadang bersemayam di dalam hati karena ingin membalas kejahatan seseorang.
Rasa dendam yang telah bersemayam di hati seseorang sering membawa kepada permusuhan, perpecahan, pembunuhan, dan bahkan huru-hara atau membawa gejolak dalam masyarakat. Hal-hal seperti itu dapat menimbulkan kecemasan dan kegelisahan masyarakat.
Bila dipandang dengan kacamata Islam, dendam merupakan sifat atau sikap yang tidak dibenarkan Islam. Oleh karena, sifat yang ditimbulkannya tidak sejalan dengan misi agama Islam sebagai agama damai, agama yang mengajarkan sifat pemaaf dan penyantun, agama yang mengajarkan umatnya agar mengayomi dan penyayang terhadap orang lain. Dalam hal larangan dendam, Rasulullah SAW. bersabda,
“..Janganlah kamu menduga-duga, janganlah mengintip-intip kesalahan orang, janganlah saling bersaing (berlomba-lomba) dalam keduniaan, janganlah kamu benci-membenci (termasuk dendam-mendendam), janganlah saling bertolak belakang. Jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara….” (HR.Muslim)
Walaupun demikian, ternyata masih banyak orang yang suka dendam terhadap orang lain, sehingga mengakibatkan banyak permusuhan, perkelahian, pembunuhan, dan bahkan menimbulkan aksi-aksi kebrutalan serta huru-hara.
Yang demikian ini dapat kita saksikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sering kita mendengar, baik melalui media cetak maupun media elektronik, bahwa kasus-kasus pembunuhan, pembantaian, perkelahian, perusakan, dan lain-lain yang diakibatkan oleh sikap dendam yang ada dalam diri. Begitu juga kerusuhan-kerusuhan yang terjadi seperti di Situbobdo pada tahun 1996, kerusuhan di Tasikmalaya pada Januari 1997, kerusuhan di Ambon dan Sambas pada tahun 1999, serta kerusuhan-kerusuhan di tempat lain, semua itu terjadi di antaranya akibat dendam atau kecewa yang sangat di hati masyarakat.
Sikap dendam itu terjadi oleh karena hal-hal berikut. Pertama, akibat perlakuan yang sewenang-wenang, baik perlakuan itu dari perorangan maupun dari kelompok, baik yang melakukan itu rakyat biasa maupun aparat. Perlakuan dan tindakan yang sewenang-wenang itu, kemudian melahirkan kebencian di pihak yang diorugikan. Timbullah dendam, ingin membalsanya dengan kejahatan pula, lalu dicarilah momentum (kesempatan) yang tepat, akhirnya meletuplah aksi-aksi kekerasan dan kebrutalan.
Karena itu, marilah kita memperlakukan orang lain atau melakukan tindakan terhadap orang lain dengan cara bijaksana, dengan sikap yang lembut dan lapang dada, karena walaupun orang itu bersalah, tetapi jika diperlakukan dengan tidak bijaksana--sewenang-wenang--dia akan tersinggung dan membuahkan sikap dendam. Apalagi terhadap orang yang tidak bersalah, rasa tersinggung, dan rasa dendamnya akan lebih dahsyat lagi.
Allah SWT membimbing hambanya agar selalu berlaku bijaksana terhadap orang lain, berlaku lembut, dan bersikap pemaaf karena sifat-sifat tersebut sangat terpuji dan dapat menghindarkan diri dari dendam seseorang. Dalam hal sikap lembut, Allah SWT berfirman,
“Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu…”(Ali Imran : 159)
Sebab kedua yang menyebabkan rasa dendam itu timbul dalam diri seseorang ialah karena akibat ketidakadilan yang terjadi di masyarakat, baik ketidakadilan di bidang hokum, ekonomi, maupun di bidang politik. Ketidakadilan di bidang hokum dapat menurunkan wibawa abdi hokum, menimbulkan ketimpangan hokum, mengakibatkan banyak orang terampas hak-haknya di pengadilan, serta banyak orang benar dirugikan dan orang salah diuntungkan.
Ketidakadilan di bidang ekonomi akan mengakibatkan terhambatnya pemerataan,, terjadinya kesenjangan dan kecemburuan sosial. Demikian pula, ketidakadilan di bidang politik lainnya dirugikan. Semua bentuk ketidakadilan merupakan benih bagi tumbuhnya rasa dendam masyarakat yang dapat mengancam atau merusak keutuhan, ketentraman, dan kedamaian hidup.
Untuk itu, marilah kita tegakkan keadilan di masyarakat, baik dalam hokum, ekonomi, politik, dan lain-lain. Ini karena dengan tegaknya keadilan itu dapat memperkecilkan ketersinggungan, kemarahan, kebencian, dan rasa dendam di masyarakat. Juga dapat membawa kepada ketentraman dan kedamaian masyarakat. Dalam hal ini menegakkan keadilan, Allah SWT berfirman,
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (an-Nahal: 90)
Sebab ketiga yang menyebabkan timbulnya dendam seseorang ialah karena keinginan hati untuk menghancurkan orang lain. Dendam seperti ini muncul akibat penyakit dengki (iri hati) yang sudah demikian kronis.
Bagi orang yang berhati suci, keberuntungan orang lain juga merupakan keberuntungan dirinya. Akan tetapi, bagi orang yang berhati dengki, keberuntungan orang lain merupakan ancaman baginya. Karena itu, keberuntungan orang seringkali menimbulkan kebencian dan dendm bagi kaum pendengki. Biasanya, mereka ingin melampiaskan dendamnya itu dengan melakukan kejahatan.
Karena itu, marilah kita tinggalkan sikp dengki itu, karena selain merupakan dosa, ia akan berubah menjadi kebencian dan kemudian menjadi dendam, sedangkan dendam akan membawa kepada tindak kejahatn. Dalam hal dengki ini, Rasulullah SAW bersabda,
“Jauhilah olehmu sifat dengki karena dengki itu akan melalap semua amal kabajikan, sebagaimana api melalap kayu baker atau rumput.” (HR. Abu Daud)
Sebab keempat yang menyebabkan sesorang suka dendam ialah karena ia tidak menyadari bahwa sikap dendam itu dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya, seperti penyakit darah tinggi, jantung, gila, dan penyakit berbahaya lainnya. Khususnya penyakit itu timbul bila dendam kesumat yang bersemayam di dalam hati tidak terlampiaskan. Dalam kehidupan kita sering terjadi sesorang dengan tiba-tiba terserang penyakit yang berbahaya akibat dendamnya tidak dapt terlampiaskan, bahkan ada yang sampai menemui ajalnya.
Maka dari itu, marilah kita tinggalkan sifat dendam itu, kita ganti dengan sikap pemaaf dan lapang dada, sebab sifat pemaaf dan lapang dada itu akan menambah pahala, rezeki, kawan, dan menghilangkan penyakit. Dalam hal pemaaf, Allah SWT berfirman,
“…Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya…” (Al- Baqarah :109)
Dari uraian ini dapat dismpulkan: pertama, sifat dendam merupakan sifat yang dapat membahayakan orang lain dan mengancam ketentraman hidup masyarakat; kedua, sifat dendam dilarang dalam Islam, karena itu harus dihindari, termasuk juga penyebab-penyebabnya.
Akhirnya, dalam mengakhiri perjalan tahun ini dan menyambut kedatangan tahun baru masehi, maka marilah kita merefleksikan diri untuk jauh-jauh membuang rasa dendam yang bersarang di dalahm hati, termasuk juga penyebab-penyebabnya. Semoga Allah SWT menyelamatkan kita dari bahaya dan malapetaka yang timbul akibat dendam serta penyakit-penyakit hati yang lain. Amin.


Nama : Muhammad Taslim Al-Mandari
email : taslimalmandari@gmail.com

PENGENALAN AJARAN AGAMA SEJAK DINI

oleh :
Muhammad Taslim Al-Mandari
dosen STAIN Al-Fatah Jayapura

Banyak orang tua yang berpendapat bahwa generasi muda sekarang sudah sangat parah attitude-nya. Tapi terkadang mereka lupa bahwa ternyata banyak juga kebejatan moral yang dilakukan oleh para orang tua. Korupsi dan perselingkungan menempati urutan dua teratas.
Tapi apa sebenarnya yang menyebabkan semua hal-hal rusak tersebut bisa terjadi ?
Tidak mengenal ajaran agamanya sejak kecil itulah jawabannya. Para orang tua kelabakan bila anaknya tidak bisa berbahasa Inggris. Kemudian dipanggillah guru les privat bahasa Inggris. Atau para orang tua bingung setengah mati bila anaknya tidak bisa bermain musik. Maka dipanggillah seorang guru musik untuk datang ke rumah memberikan les musik dan lain sebagainya. Tapi jarang orang tua kelabakan dan bingung setengah mati bila anaknya tidak mengenal ajaran agamanya dengan baik, tidak tahu mengaji, tidak tahu membaca do’a sehari dan aktivitas keagamaan lainnya. Mengapa ? sebab orang tuanya sendiri juga tidak mengenal dan tidak mau tahu akan ajaran agamanya sendiri. Padahal Allah SWT telah memberikan sinyal kewaspadaan kepada umat manusia melalui firman-Nya
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (Q.S. at-Tahrim : 6)
Orang tua menjadi tumpuan utama terhadap perkembangan prilaku agama anak dan keluarganya agar terhindar dari kemorosotan moral.
Oleh karena itu, untuk memberikan pelajaran agama kepada anak harus dimulai dari perubahan perilaku orang tuanya terlebih dahulu. Lingkungan keluarga yang telah mencerminkan sikap takut kepada Tuhan dan selalu berbuat baik, sesuai dengan ajaran agama, tentu akan memberikan contoh yang sangat baik untuk anak. Tanpa paksaan pun anak sudah pasti juga akan takut kepada Tuhan dan berusaha mengetahui ajaran agamanya serta berusaha untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-ahrinya.
Dengan memperkenalkan agama sejak dini berarti Anda telah membuat sebuah pondasi yang kuat berlandaskan agama dalam hal mendidik anak. Pelajaran agama bukan merupakan tanggung jawab guru agama di sekolah semata. Sebagai orang tua, andalah yang harus memberikannya. Bila anda merasa belum memiliki ilmu agama yang cukup mumpuni, anda bias memanggil seorang guru agama ke rumah.
Saat ini orang tua disibukkan untuk memasukkan anaknya ke sekolah-sekolah yang diharapkan agar menjadi pondasi bagi anak untuk berkembang lebih baik, alangkah dilematisnya orang tua yang hanya memilih sekolah bagi anaknya dengan pertimbangan sekolah tersebut bagus pelajaran umumnya sementara pelajaran agama di kesampingkan. Memang sekarang sedang trend di ‘luar sana’ bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya pada sekolah-sekolah yang mengadopsi nilai-nilai agama dengan porsi yang relatif lebih besar dibandingkan dengan sekolah umum. Namun sayang, perilaku orang tuanya di rumah belum bisa berubah. Terus bagaimana anak akan berubah menjadi seorang anak yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agamanya bila sikap dan perilaku orang tauanya sendiri tidak mencerminkan nilai-nilai ajaran agamanya ? tentu anak akan bertanya-tanya mengapa ia harus berubah, sedangkan orang tuanya sendiri masih gemar melakukan hal-hal yang jauh dari ajaran agamanya?
Memberikan pelajaran agama tidak melulu harus membaca kitab suci (al-Qur’an). Sambil berdongeng menjelang tidur malam pun Anda dapat melakukannya. Ambillah cerita tentang perjuangan seorang tokoh dalam menegakkan agama. Cerita tentang seorang Nabi misalnya. Bila anda bingung mau memulai dari mana, datanglah ke toko buku terdekat atau perguruan tinggi Islam terdekat yang menyediakan banyak buku-buku tentang pendidikan agama bagi anak. Di sana banyak terdapat cerita-cerit dongeng sebelum tidur yang berisikan materi-materi agama. Gaya penyampaian dan bahasa yang digunakan pun sudah disesuaikan untuk konsumsi anak.


Nama : Muhammad Taslim Al-Mandari
email : taslimalmandari@gmail.com

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP DISIPLIN GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena itu merupakan kebutuhan manusia yang esensial. Pendidikan dapat mengembangkan potensi yang ada pada diri manusia, baik potensi jasmani maupun rohani. Hal tersebut sesuai yang diungkapkan oleh Ramayulis bahwa tujuan umum pendidikan harus diarahkan untuk mencapai pertumbuhan, keseimbangan, kepribadian, manusia menyeluruh, melalui latihan jiwa intelek, jiwa rasional, perasaan dan penghayatan lahir. Dan hal ini sejalan dengan tujuan umum pendidikan Islam menurut Nahlawy (1963) yang dikutif oleh Hasan Lagulung, yaitu :
  1. Pendidikan akal dan persiapan fikiran, Allah menyuruh manusia merenungkan kejadian langit dan bumi agar beriman kepada Allah.
  2. Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat asal pada anak-anak.
  3. Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan mendidik mereka sebaik-baiknya, baik laki-laki ataupun perempuan.
  4. Berusaha untuk menyeimbangkan segala potensi-potensi dan bakat-bakat Manusia
untuk mengetahui isi skripsi ini silahkan donwload disini

7 Langit Atmosfir telah dinyatakan Qur'an sejak 1400 tahun lalu

Fakta ilmiah bahwa Langit itu terdiri atas 7 lapis yang telah dinyatakan dalam Al-Qur’an dalam Surat 2 Al-Baqarah ayat 29 yang artinya:

DIA-LAH ALLAH, YANG MENJADIKAN SEGALA YANG ADA DI BUMI UNTUK KAMU DAN DIA BERKEHENDAK (MENCIPTAKAN) LANGIT, LALU DIJADIKAN-NYA TUJUH LANGIT. DAN DIA MAHA MENGETAHUI SEGALA SESUATU

Saya jamin umat christian tidak akan menemukannya dalam alkitab Christian manapun baik versi King James, American Standard, Revised Standard, Jehovah Witness, New English Version atau 300 versi apapun, apalagi versi setempat!

Ayat lain yang menyatakan bahwa Langit itu terdiri dari 7 lapis adalah dalam Surat 41 Fushshilat ayat 11, yang artinya:

MAKA DIA MENJADIKANNYA TUJUH LANGIT DALAM DUA MASA. DIA MEWAHYUKAN PADA TIAP-TIAP LANGIT URUSANNYA. DAN KAMI HIASI LANGIT YANG DEKAT DENGAN BINTANG-BINTANG YANG CEMERLANG DAN KAMI MEMELIHARANYA DENGAN SEBAIK-BAIKNYA. DEMIKIANLAH KETENTUAN YANG MAHA PERKASA LAGI MAHA MENGETAHUI.

Kata “langit” dalam Al-Qur’an ini memiliki 2 arti, yaitu langit bumi dan juga bisa diartikan sebagai alam semesta/luar angkasa sebagaimana kata “Al-kitab” dalam Al-Qur’an yang memiliki banyak arti. Dengan makna kata seperti ini, maka langit bumi atau atmosfer memiliki 7 lapisan.

Baru abad 20 ini terbukti bahwa langit bumi atau atmosfer terdiri dari lapisan-lapisan yang berbeda yang saling bertumpuk dan persis terdapat 7 lapisan seperti yang diungkapkan AL-Qur’an lebih dari 1400 tahun yang lalu.

Para ilmuwan dengan peralatan canggih abad 20 baru menemukan bahwa atmosfer terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan-lapisan tersebut berbeda dalam ciri-ciri fisik, seperti tekanan dan jenis gasnya. Lapisan tersebut adalah:

1. Troposfer, lapisan terdekat bumi yang membentuk sekitar 90% dari keseluruhan berat atmosphere.
2. Stratosfer, lapisan diatas tropospher.
3. Ozonosfer, lapisan yang mengembalikan sebagian besar sinar Ultraviolet dan radiasi bahaya lainnya.
4. Mesosfer, lapisan diatas Ozonospher.
5. Termosfer, lapisan diatas Mesosfer.
6. Ionosfer, lapisan dimana gas-gas terionisasi membentuk lapisan ini.
7. Eksosfer, bagian terluar dari Atmosfer yang membentang dari sekitar 480 Km sampai 960 Km.

Sebuah keajaiban besar bahwa bukti-bukti ini yang tidak mungkin didapat tanpa teknologi canggih abad 20 ternyata telah dinyatakan oleh Al-Qur’an lebih dari 1400 tahun yang lalu.

Ini pun membuktikan bahwa Al-Qur’an bukan ciptaan Rasulullaah Muhammad SAW, tapi memang Firman Allah Pencipta Alam Semesta Raya.

Sekali lagi saya tegaskan bahwa kita tidak akan mendapatkan keterangan ini dalam Alkitab Christian Versi manapun karena saya sudah memeriksanya baik "Old Testament/Perjanjian Lama" maupun "New Testament/Perjanjian Baru."

Minggu, 24 Januari 2010

Gambaran Umum Ilmu Bahasa

I. Pendahuluan

Dalam berbagai kamus umum, linguistik didefinisikan sebagai ‘ilmu bahasa’ atau ‘studi ilmiah mengenai bahasa’ (Matthews 1997). Dalam The New Oxford Dictionary of English (2003), linguistik didefinisikan sebagai berikut:

The scientific study of language and its structure, including the study of grammar, syntax, and phonetics. Specific branches of linguistics include sociolinguistics, dialectology, psycholinguistics, computational linguistics, comparative linguistics, and structural linguistics.”

Program studi Ilmu Bahasa mulai jenjang S1 sampai S3, bahkan sampai post-doctoral program telah banyak ditawarkan di universitas terkemuka, seperti University of California in Los Angeles (UCLA), Harvard University, Massachusett Institute of Technology (MIT), University of Edinburgh, dan Oxford University. Di Indonesia, paling tidak ada dua universitas yang membuka program S1 sampai S3 untuk ilmu bahasa, yaitu Universitas Indonesia dan Universitas Katolik Atma Jaya.

II. Sejarah Perkembangan Ilmu Bahasa

Ilmu bahasa yang dipelajari saat ini bermula dari penelitian tentang bahasa sejak zaman Yunani (abad 6 SM). Secara garis besar studi tentang bahasa dapat dibedakan antara (1) tata bahasa tradisional dan (2) linguistik modern.

2. 1 Tata Bahasa Tradisional

Pada zaman Yunani para filsuf meneliti apa yang dimaksud dengan bahasa dan apa hakikat bahasa. Para filsuf tersebut sependapat bahwa bahasa adalah sistem tanda. Dikatakan bahwa manusia hidup dalam tanda-tanda yang mencakup segala segi kehidupan manusia, misalnya bangunan, kedokteran, kesehatan, geografi, dan sebagainya. Tetapi mengenai hakikat bahasa – apakah bahasa mirip realitas atau tidak – mereka belum sepakat. Dua filsuf besar yang pemikirannya terus berpengaruh sampai saat ini adalah Plato dan Aristoteles.

Plato berpendapat bahwa bahasa adalah physei atau mirip realitas; sedangkan Aristoteles mempunyai pendapat sebaliknya yaitu bahwa bahasa adalah thesei atau tidak mirip realitas kecuali onomatope dan lambang bunyi (sound symbolism). Pandangan Plato bahwa bahasa mirip dengan realitas atau non-arbitrer diikuti oleh kaum naturalis; pandangan Aristoteles bahwa bahasa tidak mirip dengan realitas atau arbitrer diikuti oleh kaum konvensionalis. Perbedaan pendapat ini juga merambah ke masalah keteraturan (regular) atau ketidakteraturan (irregular) dalam bahasa. Kelompok penganut pendapat adanya keteraturan bahasa adalah kaum analogis yang pandangannya tidak berbeda dengan kaum naturalis; sedangkan kaum anomalis yang berpendapat adanya ketidakteraturan dalam bahasa mewarisi pandangan kaum konvensionalis. Pandangan kaum anomalis mempengaruhi pengikut aliran Stoic. Kaum Stoic lebih tertarik pada masalah asal mula bahasa secara filosofis. Mereka membedakan adanya empat jenis kelas kata, yakni nomina, verba, konjungsi dan artikel.

Pada awal abad 3 SM studi bahasa dikembangkan di kota Alexandria yang merupakan koloni Yunani. Di kota itu dibangun perpustakaan besar yang menjadi pusat penelitian bahasa dan kesusastraan. Para ahli dari kota itu yang disebut kaum Alexandrian meneruskan pekerjaan kaum Stoic, walaupun mereka sebenarnya termasuk kaum analogis. Sebagai kaum analogis mereka mencari keteraturan dalam bahasa dan berhasil membangun pola infleksi bahasa Yunani. Apa yang dewasa ini disebut "tata bahasa tradisional" atau " tata bahasa Yunani" , penamaan itu tidak lain didasarkan pada hasil karya kaum Alexandrian ini.

Salah seorang ahli bahasa bemama Dionysius Thrax (akhir abad 2 SM) merupakan orang pertama yang berhasil membuat aturan tata bahasa secara sistematis serta menambahkan kelas kata adverbia, partisipel, pronomina dan preposisi terhadap empat kelas kata yang sudah dibuat oleh kaum Stoic. Di samping itu sarjana ini juga berhasil mengklasifikasikan kata-kata bahasa Yunani menurut kasus, jender, jumlah, kala, diatesis (voice) dan modus.

Pengaruh tata bahasa Yunani sampai ke kerajaan Romawi. Para ahli tata bahasa Latin mengadopsi tata bahasa Yunani dalam meneliti bahasa Latin dan hanya melakukan sedikit modifikasi, karena kedua bahasa itu mirip. Tata bahasa Latin dibuat atas dasar model tata bahasa Dionysius Thrax. Dua ahli bahasa lainnya, Donatus (tahun 400 M) dan Priscian (tahun 500 M) juga membuat buku tata bahasa klasik dari bahasa Latin yang berpengaruh sampai ke abad pertengahan.

Selama abad 13-15 bahasa Latin memegang peranan penting dalam dunia pendidikan di samping dalam agama Kristen. Pada masa itu gramatika tidak lain adalah teori tentang kelas kata. Pada masa Renaisans bahasa Latin menjadi sarana untuk memahami kesusastraan dan mengarang. Tahun 1513 Erasmus mengarang tata bahasa Latin atas dasar tata bahasa yang disusun oleh Donatus.

Minat meneliti bahasa-bahasa di Eropa sebenarnya sudah dimulai sebelum zaman Renaisans, antara lain dengan ditulisnya tata bahasa Irlandia (abad 7 M), tata bahasa Eslandia (abad 12), dan sebagainya. Pada masa itu bahasa menjadi sarana dalam kesusastraan, dan bila menjadi objek penelitian di universitas tetap dalam kerangka tradisional. Tata bahasa dianggap sebagai seni berbicara dan menulis dengan benar. Tugas utama tata bahasa adalah memberi petunjuk tentang pemakaian "bahasa yang baik" , yaitu bahasa kaum terpelajar. Petunjuk pemakaian "bahasa yang baik" ini adalah untuk menghindarkan terjadinya pemakaian unsur-unsur yang dapat "merusak" bahasa seperti kata serapan, ragam percakapan, dan sebagainya.

Tradisi tata bahasa Yunani-Latin berpengaruh ke bahasa-bahasa Eropa lainnya. Tata bahasa Dionysius Thrax pada abad 5 diterjemahkan ke dalam bahasa Armenia, kemudian ke dalam bahasa Siria. Selanjutnya para ahli tata bahasa Arab menyerap tata bahasa Siria.

Selain di Eropa dan Asia Barat, penelitian bahasa di Asia Selatan yang perlu diketahui adalah di India dengan ahli gramatikanya yang bemama Panini (abad 4 SM). Tata bahasa Sanskrit yang disusun ahli ini memiliki kelebihan di bidang fonetik. Keunggulan ini antara lain karena adanya keharusan untuk melafalkan dengan benar dan tepat doa dan nyanyian dalam kitab suci Weda.

Sampai menjelang zaman Renaisans, bahasa yang diteliti adalah bahasa Yunani, dan Latin. Bahasa Latin mempunyai peran penting pada masa itu karena digunakan sebagai sarana dalam dunia pendidikan, administrasi dan diplomasi internasional di Eropa Barat. Pada zaman Renaisans penelitian bahasa mulai berkembang ke bahasa-bahasa Roman (bahasa Prancis, Spanyol, dan Italia) yang dianggap berindukkan bahasa Latin, juga kepada bahasa-bahasa yang nonRoman seperti bahasa Inggris, Jerman, Belanda, Swedia, dan Denmark.

2. 2 Linguistik Modern

2. 2. 1 Linguistik Abad 19

Pada abad 19 bahasa Latin sudah tidak digunakan lagi dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam pemerintahan atau pendidikan. Objek penelitian adalah bahasa-bahasa yang dianggap mempunyai hubungan kekerabatan atau berasal dari satu induk bahasa. Bahasa-bahasa dikelompokkan ke dalam keluarga bahasa atas dasar kemiripan fonologis dan morfologis. Dengan demikian dapat diperkirakan apakah bahasa-bahasa tertentu berasal dari bahasa moyang yang sama atau berasal dari bahasa proto yang sama sehingga secara genetis terdapat hubungan kekerabatan di antaranya. Bahasa-bahasa Roman, misalnya secara genetis dapat ditelusuri berasal dari bahasa Latin yang menurunkan bahasa Perancis, Spanyol, dan Italia.

Untuk mengetahui hubungan genetis di antara bahasa-bahasa dilakukan metode komparatif. Antara tahun 1820-1870 para ahli linguistik berhasil membangun hubungan sistematis di antara bahasa-bahasa Roman berdasarkan struktur fonologis dan morfologisnya. Pada tahun 1870 itu para ahli bahasa dari kelompok Junggramatiker atau Neogrammarian berhasil menemukan cara untuk mengetahui hubungan kekerabatan antarbahasa berdasarkan metode komparatif.

Beberapa rumpun bahasa yang berhasil direkonstruksikan sampai dewasa ini antara lain:

1. Rumpun Indo-Eropa: bahasa Jerman, Indo-Iran, Armenia, Baltik, Slavis, Roman, Keltik, Gaulis.

2. Rumpun Semito-Hamit: bahasa Arab, Ibrani, Etiopia.

3. Rumpun Chari-Nil; bahasa Bantu, Khoisan.

4. Rumpun Dravida: bahasa Telugu, Tamil, Kanari, Malayalam.

5. Rumpun Austronesia atau Melayu-Polinesia: bahasa Melayu, Melanesia, Polinesia.

6. Rumpun Austro-Asiatik: bahasa Mon-Khmer, Palaung, Munda, Annam.

7. Rumpun Finno-Ugris: bahasa Ungar (Magyar), Samoyid.

8. Rumpun Altai: bahasa Turki, Mongol, Manchu, Jepang, Korea.

9. Rumpun Paleo-Asiatis: bahasa-bahasa di Siberia.

10. Rumpun Sino-Tibet: bahasa Cina, Thai, Tibeto-Burma.

11. Rumpun Kaukasus: bahasa Kaukasus Utara, Kaukasus Selatan.

12. Bahasa-bahasa Indian: bahasa Eskimo, Maya Sioux, Hokan

13. Bahasa-bahasa lain seperti bahasa di Papua, Australia dan Kadai.

Ciri linguistik abad 19 sebagai berikut:

1) Penelitian bahasa dilakukan terhadap bahasa-bahasa di Eropa, baik bahasa-bahasa Roman maupun nonRoman.

2) Bidang utama penelitian adalah linguistik historis komparatif. Yang diteliti adalah hubungan kekerabatan dari bahasa-bahasa di Eropa untuk mengetahui bahasa-bahasa mana yang berasal dari induk yang sama. Dalam metode komparatif itu diteliti perubahan bunyi kata-kata dari bahasa yang dianggap sebagai induk kepada bahasa yang dianggap sebagai keturunannya. Misalnya perubahan bunyi apa yang terjadi dari kata barang, yang dalam bahasa Latin berbunyi causa menjadi chose dalam bahasa Perancis, dan cosa dalam bahasa Italia dan Spanyol.

3) Pendekatan bersifat atomistis. Unsur bahasa yang diteliti tidak dihubungkan dengan unsur lainnya, misalnya penelitian tentang kata tidak dihubungkan dengan frase atau kalimat.

2. 2. 2 Linguistik Abad 20

Pada abad 20 penelitian bahasa tidak ditujukan kepada bahasa-bahasa Eropa saja, tetapi juga kepada bahasa-bahasa yang ada di dunia seperti di Amerika (bahasa-bahasa Indian), Afrika (bahasa-bahasa Afrika) dan Asia (bahasa-bahasa Papua dan bahasa banyak negara di Asia). Ciri-cirinya:

1) Penelitian meluas ke bahasa-bahasa di Amerika, Afrika, dan Asia.

2) Pendekatan dalam meneliti bersifat strukturalistis, pada akhir abad 20 penelitian yang bersifat fungsionalis juga cukup menonjol.

3) Tata bahasa merupakan bagian ilmu dengan pembidangan yang semakin rumit. Secara garis besar dapat dibedakan atas mikrolinguistik, makro linguistik, dan sejarah linguistik.

4) Penelitian teoretis sangat berkembang.

5) Otonomi ilmiah makin menonjol, tetapi penelitian antardisiplin juga berkembang.

6) Prinsip dalam meneliti adalah deskripsi dan sinkronis

Keberhasilan kaum Junggramatiker merekonstruksi bahasa-bahasa proto di Eropa mempengaruhi pemikiran para ahli linguistik abad 20, antara lain Ferdinand de Saussure. Sarjana ini tidak hanya dikenal sebagai bapak linguistik modern, melainkan juga seorang tokoh gerakan strukturalisme. Dalam strukturalisme bahasa dianggap sebagai sistem yang berkaitan (system of relation). Elemen-elemennya seperti kata, bunyi saling berkaitan dan bergantung dalam membentuk sistem tersebut.

Beberapa pokok pemikiran Saussure:

(1) Bahasa lisan lebih utama dari pada bahasa tulis. Tulisan hanya merupakan sarana yang mewakili ujaran.

(2) Linguistik bersifat deskriptif, bukan preskriptif seperti pada tata bahasa tradisional. Para ahli linguistik bertugas mendeskripsikan bagaimana orang berbicara dan menulis dalam bahasanya, bukan memberi keputusan bagaimana seseorang seharusnya berbicara.

(3) Penelitian bersifat sinkronis bukan diakronis seperti pada linguistik abad 19. Walaupun bahasa berkembang dan berubah, penelitian dilakukan pada kurun waktu tertentu.

(4) Bahasa merupakan suatu sistem tanda yang bersisi dua, terdiri dari signifiant (penanda) dan signifie (petanda). Keduanya merupakan wujud yang tak terpisahkan, bila salah satu berubah, yang lain juga berubah.

(5) Bahasa formal maupun nonformal menjadi objek penelitian.

(6) Bahasa merupakan sebuah sistem relasi dan mempunyai struktur.

(7) Dibedakan antara bahasa sebagai sistem yang terdapat dalam akal budi pemakai bahasa dari suatu kelompok sosial (langue) dengan bahasa sebagai manifestasi setiap penuturnya (parole).

(8) Dibedakan antara hubungan asosiatif dan sintagmatis dalam bahasa. Hubungan asosiatif atau paradigmatis ialah hubungan antarsatuan bahasa dengan satuan lain karena ada kesamaan bentuk atau makna. Hubungan sintagmatis ialah hubungan antarsatuan pembentuk sintagma dengan mempertentangkan suatu satuan dengan satuan lain yang mengikuti atau mendahului.

Gerakan strukturalisme dari Eropa ini berpengaruh sampai ke benua Amerika. Studi bahasa di Amerika pada abad 19 dipengaruhi oleh hasil kerja akademis para ahli Eropa dengan nama deskriptivisme. Para ahli linguistik Amerika mempelajari bahasa-bahasa suku Indian secara deskriptif dengan cara menguraikan struktur bahasa. Orang Amerika banyak yang menaruh perhatian pada masalah bahasa. Thomas Jefferson, presiden Amerika yang ketiga (1801-1809), menganjurkan agar supaya para ahli linguistik Amerika mulai meneliti bahasa-bahasa orang Indian. Seorang ahli linguistik Amerika bemama William Dwight Whitney (1827-1894) menulis sejumlah buku mengenai bahasa, antara lain Language and the Study of Language (1867).

Tokoh linguistik lain yang juga ahli antropologi adalah Franz Boas (1858-1942). Sarjana ini mendapat pendidikan di Jerman, tetapi menghabiskan waktu mengajar di negaranya sendiri. Karyanya berupa buku Handbook of American Indian languages (1911-1922) ditulis bersama sejumlah koleganya. Di dalam buku tersebut terdapat uraian tentang fonetik, kategori makna dan proses gramatikal yang digunakan untuk mengungkapkan makna. Pada tahun 1917 diterbitkan jurnal ilmiah berjudul International Journal of American Linguistics.

Pengikut Boas yang berpendidikan Amerika, Edward Sapir (1884-1939), juga seorang ahli antropologi dinilai menghasilkan karya-karya yang sangat cemerlang di bidang fonologi. Bukunya, Language (1921) sebagian besar mengenai tipologi bahasa. Sumbangan Sapir yang patut dicatat adalah mengenai klasifikasi bahasa-bahasa Indian.

Pemikiran Sapir berpengaruh pada pengikutnya, L. Bloomfield (1887-1949), yang melalui kuliah dan karyanya mendominasi dunia linguistik sampai akhir hayatnya. Pada tahun 1914 Bloomfield menulis buku An Introduction to Linguistic Science. Artikelnya juga banyak diterbitkan dalam jurnal Language yang didirikan oleh Linguistic Society of America tahun 1924. Pada tahun 1933 sarjana ini menerbitkankan buku Language yang mengungkapkan pandangan behaviorismenya tentang fakta bahasa, yakni stimulus-response atau rangsangan-tanggapan. Teori ini dimanfaatkan oleh Skinner (1957) dari Universitas Harvard dalam pengajaran bahasa melalui teknik drill.

Dalam bukunya Language, Bloomfield mempunyai pendapat yang bertentangan dengan Sapir. Sapir berpendapat fonem sebagai satuan psikologis, tetapi Bloomfield berpendapat fonem merupakan satuan behavioral. Bloomfield dan pengikutnya melakukan penelitian atas dasar struktur bahasa yang diteliti, karena itu mereka disebut kaum strukturalisme dan pandangannya disebut strukturalis.

Bloomfield beserta pengikutnya menguasai percaturan linguistik selama lebih dari 20 tahun. Selama kurun waktu itu kaum Bloomfieldian berusaha menulis tata bahasa deskriptif dari bahasa-bahasa yang belum memiliki aksara. Kaum Bloomfieldian telah berjasa meletakkan dasar-dasar bagi penelitian linguistik di masa setelah itu.

Bloomfield berpendapat fonologi, morfologi dan sintaksis merupakan bidang mandiri dan tidak berhubungan. Tata bahasa lain yang memperlakukan bahasa sebagai sistem hubungan adalah tata bahasa stratifikasi yang dipelopori oleh S.M. Lamb. Tata bahasa lainnya yang memperlakukan bahasa sebagai sistem unsur adalah tata bahasa tagmemik yang dipelopori oleh K. Pike. Menurut pendekatan ini setiap gatra diisi oleh sebuah elemen. Elemen ini bersama elemen lain membentuk suatu satuan yang disebut tagmem.

Murid Sapir lainnya, Zellig Harris, mengaplikasikan metode strukturalis ke dalam analisis segmen bahasa. Sarjana ini mencoba menghubungkan struktur morfologis, sintaktis, dan wacana dengan cara yang sama dengan yang dilakukan terhadap analisis fonologis. Prosedur penelitiannya dipaparkan dalam bukunya Methods in Structural Linguistics (1951).

Ahli linguistik yang cukup produktif dalam membuat buku adalah Noam Chomsky. Sarjana inilah yang mencetuskan teori transformasi melalui bukunya Syntactic Structures (1957), yang kemudian disebut classical theory. Dalam perkembangan selanjutnya, teori transformasi dengan pokok pikiran kemampuan dan kinerja yang dicetuskannya melalui Aspects of the Theory of Syntax (1965) disebut standard theory. Karena pendekatan teori ini secara sintaktis tanpa menyinggung makna (semantik), teori ini disebut juga sintaksis generatif (generative syntax). Pada tahun 1968 sarjana ini mencetuskan teori extended standard theory. Selanjutnya pada tahun 1970, Chomsky menulis buku generative semantics; tahun 1980 government and binding theory; dan tahun 1993 Minimalist program.

III. Paradigma

Kata paradigma diperkenalkan oleh Thomas Khun pada sekitar abad 15. Paradigma adalah prestasi ilmiah yang diakui pada suatu masa sebagai model untuk memecahkan masalah ilmiah dalam kalangan tertentu. Paradigma dapat dikatakan sebagai norma ilmiah. Contoh paradigma yang mulai tumbuh sejak zaman Yunani tetapi pengaruhnya tetap terasa sampai zaman modern ini adalah paradigma Plato dan paradigma Aristoteles. Paradigma Plato berintikan pendapat Plato bahwa bahasa adalah physei atau mirip dengan realitas, disebut juga non-arbitrer atau ikonis. Paradigma Aristoteles berintikan bahwa bahasa adalah thesei atau tidak mirip dengan realitas, kecuali onomatope, disebut arbitrer atau non-ikonis. Kedua paradigma ini saling bertentangan, tetapi dipakai oleh peneliti dalam memecahkan masalah bahasa, misalnya tentang hakikat tanda bahasa.

Pada masa tertentu paradigma Plato banyak digunakan ahli bahasa untuk memecahkan masalah linguistik. Penganut paradigma Plato ini disebut kaum naturalis. Mereka menolak gagasan kearbitreran. Pada masa tertentu lainnya paradigma Aristoteles digunakan mengatasi masalah linguistik. Penganut paradigma Aristoteles disebut kaum konvensionalis. Mereka menerima adanya kearbiteran antara bahasa dengan realitas.

Pertentangan antara kedua paradigma ini terus berlangsung sampai abad 20. Di bidang linguistik dan semiotika dikenal tokoh Ferdinand de Saussure sebagai penganut paradigma .Aristoteles dan Charles S. Peirce sebagai penganut paradigma Plato. Mulai dari awal abad 19 sampai tahun 1960-an paradigma Aristoteles yang diikuti Saussure yang berpendapat bahwa bahasa adalah sistem tanda yang arbitrer digunakan dalam memecahkan masalah-masalah linguistik. Tercatat beberapa nama ahli linguistik seperti Bloomfield dan Chomsky yang dalam pemikirannya menunjukkan pengaruh Saussure dan paradigma Aristoteles. Menjelang pertengahan tahun 60-an dominasi paradigma Aristoteles mulai digoyahkan oleh paradigma Plato melalui artikel R. Jakobson "Quest for the Essence of Language" (1967) yang diilhami oleh Peirce. Beberapa nama ahli linguistik seperti T. Givon, J. Haiman, dan W. Croft tercatat sebagai penganut paradigma Plato.

IV. Cakupan dan Kemaknawian Ilmu Bahasa

Secara umum, bidang ilmu bahasa dibedakan atas linguistik murni dan linguistik terapan. Bidang linguistik murni mencakup fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Sedangkan bidang linguistik terapan mencakup pengajaran bahasa, penerjemahan, leksikografi, dan lain-lain. Beberapa bidang tersebut dijelaskan dalam sub-bab berikut ini.

4. 1 Fonetik

Fonetik mengacu pada artikulasi bunyi bahasa. Para ahli fonetik telah berhasil menentukan cara artikulasi dari berbagai bunyi bahasa dan membuat abjad fonetik internasional sehingga memudahkan seseorang untuk mempelajari dan mengucapkan bunyi yang tidak ada dalam bahasa ibunya. Misalnya dalam bahasa Inggris ada perbedaan yang nyata antara bunyi tin dan thin, dan antara they dan day, sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak. Dengan mempelajari fonetik, orang Indonesia akan dapat mengucapkan kedua bunyi tersebut dengan tepat.

Abjad fonetik internasional, yang didukung oleh laboratorium fonetik, departemen linguistik, UCLA, penting dipelajari oleh semua pemimpin, khususnya pemimpin negara. Dengan kemampuan membaca abjad fonetik secara tepat, seseorang dapat memberikan pidato dalam ratusan bahasa. Misalnya, jika seorang pemimpin di Indonesia mengadakan kunjungan ke Cina, ia cukup meminta staf-nya untuk menerjemahkan pidatonya ke bahasa Cina dan menulisnya dengan abjad fonetik, sehingga ia dapat memberikan pidato dalam bahasa Cina dengan ucapan yang tepat. Salah seorang pemimpin yang telah memanfaatkan abjad fonetik internasional adalah Paus Yohanes Paulus II. Ke negara manapun beliau berkunjung, beliau selalu memberikan khotbah dengan menggunakan bahasa setempat. Apakah hal tersebut berarti bahwa beliau memahami semua bahasa di dunia? Belum tentu, namun cukup belajar fonetik saja untuk mampu mengucapkan bunyi ratusan bahasa dengan tepat.

4. 2 Fonologi

Fonologi mengacu pada sistem bunyi bahasa. Misalnya dalam bahasa Inggris, ada gugus konsonan yang secara alami sulit diucapkan oleh penutur asli bahasa Inggris karena tidak sesuai dengan sistem fonologis bahasa Inggris, namun gugus konsonan tersebut mungkin dapat dengan mudah diucapkan oleh penutur asli bahasa lain yang sistem fonologisnya terdapat gugus konsonan tersebut. Contoh sederhana adalah pengucapan gugus ‘ng’ pada awal kata, hanya berterima dalam sistem fonologis bahasa Indonesia, namun tidak berterima dalam sistem fonologis bahasa Inggris. Kemaknawian utama dari pengetahuan akan sistem fonologi ini adalah dalam pemberian nama untuk suatu produk, khususnya yang akan dipasarkan di dunia internasional. Nama produk tersebut tentunya akan lebih baik jika disesuaikan dengan sistem fonologis bahasa Inggris, sebagai bahasa internasional.

4. 3 Morfologi

Morfologi lebih banyak mengacu pada analisis unsur-unsur pembentuk kata. Sebagai perbandingan sederhana, seorang ahli farmasi (atau kimia?) perlu memahami zat apa yang dapat bercampur dengan suatu zat tertentu untuk menghasilkan obat flu yang efektif; sama halnya seorang ahli linguistik bahasa Inggris perlu memahami imbuhan apa yang dapat direkatkan dengan suatu kata tertentu untuk menghasilkan kata yang benar. Misalnya akhiran -­en dapat direkatkan dengan kata sifat dark untuk membentuk kata kerja darken, namun akhiran -­en tidak dapat direkatkan dengan kata sifat green untuk membentuk kata kerja. Alasannya tentu hanya dapat dijelaskan oleh ahli bahasa, sedangkan pengguna bahasa boleh saja langsung menggunakan kata tersebut. Sama halnya, alasan ketentuan pencampuran zat-zat kimia hanya diketahui oleh ahli farmasi, sedangkan pengguna obat boleh saja langsung menggunakan obat flu tersebut, tanpa harus mengetahui proses pembuatannya.

4. 4 Sintaksis

Analisis sintaksis mengacu pada analisis frasa dan kalimat. Salah satu kemaknawiannya adalah perannya dalam perumusan peraturan perundang-undangan. Beberapa teori analisis sintaksis dapat menunjukkan apakah suatu kalimat atau frasa dalam suatu peraturan perundang-undangan bersifat ambigu (bermakna ganda) atau tidak. Jika bermakna ganda, tentunya perlu ada penyesuaian tertentu sehingga peraturan perundang-undangan tersebut tidak disalahartikan baik secara sengaja maupun tidak sengaja.

4. 5 Semantik

Kajian semantik membahas mengenai makna bahasa. Analisis makna dalam hal ini mulai dari suku kata sampai kalimat. Analisis semantik mampu menunjukkan bahwa dalam bahasa Inggris, setiap kata yang memiliki suku kata ‘pl’ memiliki arti sesuatu yang datar sehingga tidak cocok untuk nama produk/benda yang cekung. Ahli semantik juga dapat membuktikan suku kata apa yang cenderung memiliki makna yang negatif, sehingga suku kata tersebut seharusnya tidak digunakan sebagai nama produk asuransi. Sama halnya dengan seorang dokter yang mengetahui antibiotik apa saja yang sesuai untuk seorang pasien dan mana yang tidak sesuai.

4. 6 Pengajaran Bahasa

Ahli bahasa adalah guru dan/atau pelatih bagi para guru bahasa. Ahli bahasa dapat menentukan secara ilmiah kata-kata apa saja yang perlu diajarkan bagi pelajar bahasa tingkat dasar. Para pelajar hanya langsung mempelajari kata-kata tersebut tanpa harus mengetahui bagaimana kata-kata tersebut disusun. Misalnya kata-kata dalam buku-buku Basic English. Para pelajar (dan guru bahasa Inggris dasar) tidak harus mengetahui bahwa yang dimaksud Basic adalah B(ritish), A(merican), S(cientific), I(nternational), C(ommercial), yang pada awalnya diolah pada tahun 1930an oleh ahli linguistik C. K. Ogden. Pada masa awal tersebut, Basic English terdiri atas 850 kata utama.

Selanjutnya, pada tahun 1953, Michael West menyusun General Service List yang berisikan dua kelompok kata utama (masing-masing terdiri atas 1000 kata) yang diperlukan oleh pelajar untuk dapat berbicara dalam bahasa Inggris. Daftar tersebut terus dikembangkan oleh berbagai universitas ternama yang memiliki jurusan linguistik. Pada tahun 1998, Coxhead dari Victoria University or Wellington, berhasil menyelesaikan suatu proyek kosakata akademik yang dilakukan di semua fakultas di universitas tersebut dan menghasilkan Academic Wordlist, yaitu daftar kata-kata yang wajib diketahui oleh mahasiswa dalam membaca buku teks berbahasa Inggris, menulis laporan dalam bahasa Inggris, dan tujuannya lainnya yang bersifat akademik.

Proses penelitian hingga menjadi materi pelajaran atau buku bahasa Inggris yang bermanfaat hanya diketahui oleh ahli bahasa yang terkait, sedangkan pelajar bahasa dapat langung mempelajari dan memperoleh manfaatnya. Sama halnya dalam ilmu kedokteran, proses penelitian hingga menjadi obat yang bermanfaat hanya diketahui oleh dokter, sedangkan pasien dapat langsung menggunakannya dan memperoleh manfaatnya.

4. 7 Leksikografi

Leksikografi adalah bidang ilmu bahasa yang mengkaji cara pembuatan kamus. Sebagian besar (atau bahkan semua) sarjana memiliki kamus, namun mereka belum tentu tahu bahwa penulisan kamus yang baik harus melalui berbagai proses.

Dua nama besar yang mengawali penyusunan kamus adalah Samuel Johnson (1709-1784) dan Noah Webster (1758-1843). Johnson, ahli bahasa dari Inggris, membuat Dictionary of the English Language pada tahun 1755, yang terdiri atas dua volume. Di Amerika, Webster pertama kali membuat kamus An American Dictionary of the English Language pada tahun 1828, yang juga terdiri atas dua volume. Selanjutnya, pada tahun 1884 diterbitkan Oxford English Dictionary yang terdiri atas 12 volume.

Saat ini, kamus umum yang cukup luas digunakan adalah Oxford Advanced Learner’s Dictionary. Mengapa kamus Oxford? Beberapa orang mungkin secara sederhana akan menjawab karena kamus tersebut lengkap dan cukup mudah dimengerti. Tidak banyak yang tahu bahwa (setelah tahun 1995) kamus tersebut ditulis berdasarkan hasil analisis British National Corpus yang melibatkan cukup banyak ahli bahasa dan menghabiskan dana universitas dan dana negara yang jumlahnya cukup besar. Secara umum, definisi yang diberikan dalam kamus tersebut seharusnya dapat mudah dipahami oleh pelajar karena semua entri dalam kamus tersebut hanya didefinisikan oleh sekelompok kosa kata inti. Bagaimana kosa-kata inti tersebut disusun? Tentu hanya ahli bahasa yang dapat menjelaskannya, sedangkan para sarjana dan pelajar dapat langsung saja menikmati dan menggunakan berbagai kamus Oxford yang ada dipasaran.

V. Penutup

Penelitian bahasa sudah dimulai sejak abad ke 6 SM, bahkan perpustakaan besar yang menjadi pusat penelitian bahasa dan kesusastraan sudah dibangun sejak awal abad 3 SM di kota Alexandria. Kamus bahasa Inggris, Dictionary of the English Language, yang terdiri atas dua volume, pertama kali diterbitkan pada tahun 1755; dan pada tahun 1884 telah diterbitkan Oxford English Dictionary yang terdiri atas 12 volume. Antara 1820-1870 para ahli linguistik berhasil membangun hubungan sistematis di antara bahasa-bahasa Roman berdasarkan struktur fonologis dan morfologisnya.

Salah satu buku awal yang menjelaskan mengenai ilmu bahasa adalah buku An Introduction to Linguistic Science yang ditulis oleh Bloomfield pada tahun 1914. Jurnal ilmiah internasional ilmu bahasa, yang berjudul International Journal of American Linguistics, pertama kali diterbitkan pada tahun 1917.

Ilmu bahasa terus berkembang dan semakin memainkan peran penting dalam dunia ilmu pengetahuan. Hal ini dibuktikan dengan semakin majunya program pascasarjana bidang linguistik di berbagai universitas terkemuka (UCLA, MIT, Oxford, dll). Buku-buku karya ahli bahasa pun semakin mendapat perhatian. Salah satu buktinya adalah buku The Comprehensive Grammar of the English Langauge, yang terdiri atas 1778 halaman, yang acara peluncurannya di buka oleh Margareth Thatcher, pada tahun 1985. Respon yang luar biasa terhadap buku tersebut membuatnya dicetak sebanyak tiga kali dalam tahun yang sama. Buku tata bahasa yang terbaru, The Cambridge Grammar of the English Language, tahun 2002, yang terdiri atas 1842 halaman, ditulis oleh para ahli bahasa yang tergabung dalam tim peneliti internasional dari lima negara.

Pustaka Acuan

Robins, R.H. 1990. A Short History of Linguistics. London: Longman.

Fromkin, Victoria & Robert Rodman. 1998. An Introduction to Language (6th Edition). Orlando: Harcourt Brace College Publishers.

Hornby, A.S. 1995. Oxford Advanced Learner’s Dictionary (5th edition). Oxford: Oxford University Press.

Matthews, Peter. 1997. The Concise Oxford Dictionary of Linguistics. Oxford: Oxford University Press.