Berbudi luhur yang dimaksud di sini sudah tentu sesuai dengan ajaran Islam. Yang perlu diyakini, bahwa jodoh itu di tangan Allah.
Nabi Muhammad saw. pernah bersabda, "Orang menikah (suka) kepada wanita itu karena empat perkara. Karena hartanya, karena bangsanya, karena cantiknya, dan karena agamanya. Maka nikahilah wanita yang beragama, niscaya engkau akan beruntung". (H.R. Bukhari).
Yang jelas keuntungannya ialah tidak capai hati. Capai hati tentu sangat luas pengertiannya. Sebagai contoh saja, minta ini dan minta itu, tidak suka bergunjing, tidak cerewet, suami ke kantor kemudian istri pergi keluar, dan lain-lain.
Berbeda dengan wanita yang beragama, dia tidak akan keluar rumah kalau tidak seizin suaminya, tidak akan cerewet, tidak akan bergunjing, dan tidak akan minta ini dan minta itu, lebih-lebih lagi setelah melihat tetangganya berbaju baru.
"Dunia ini perhiasan, tetapi sebak-baiknya perhiasan ialah wanita yang salehah". (H.R. An-Nasai).
Salah satu yang dimaksud dengan saleh/salehah, termasuk di dalamnya adalah kasih sayang. Kasih sayang antara suami istri ini pun sangat diperlukan dalam Islam. Islam menghendaki kedua belah pihak punya rasa kasih sayang untuk mengikat perkawinan.
Oleh karena itu, hadis yang diriwiyatkan oleh Abu Dawud berbunyi, "Nikahlah kamu kepada wanita yang penyayang dan peranak".
Rasa kasih sayang adalah kebutuhan jiwa yang utama dalam hidup manusia. Manusia sangat membutuhkan rasa kasih sayang ini. Anak yang kurang rasa kasih sayang terhadap ibu bapaknya dan begitu pula sebaliknya, kedua belah pihak akan menderita batin. Penderitaan batin inilah yang disebut capai hati.
Capai hati inilah yang tidak dikehendaki oleh suami istri. Jadi, suami istri yang ideal harus punya kasih sayang dan sekiranya sudah punya anak, harus pula sang anak punya rasa kasih sayang terhadap ibu dan bapaknya. Inilah salah satu kesalehan dalam Islam. Sementara saleh yang sebenarnya menurut Islam adalah taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah dan suci serta beriman. Kesalehan, ketaatan dan kepatuhan, di sini pun, di samping taat dan patuh menunaikan agama, harus taat dan patuh kepada suami.
Demikianlah tuntunan serta pedoman yang diberikan Nabi Muhammad saw. kepada umatnya. Jadi, wanita yang beragama (salehah) harus patuh kepada agama dan suaminya. Dia harus juga berwajah senyum, tidak pernah membosankan bila dipandang, pengasih, penyayang, berbudi luhur, dan tidak mandul.
Nabi Muhammad saw. sebetulnya juga menyadari bahwa pada umumnya pria lebih cenderung pada kecantikan. Namun, di atas segala-galanya itu, hendaknya kita sebagai umat Islam meletakkan pilihan pada wanita yang beragama Islam.
Kita pun tahu bahwa kecantikan akan hilang, kekayaan akan lenyap, tetapi agama akan tetap mengisi rohani seseorang. Dengan rohani yang berisi keimanan, rumah tangga akan berdiri dengan kokoh.
Kekokohan rumah tangga inilah yang didambakan oleh setiap suami dan istri. Dengan kekokohan rumah tangga itu akan datang kebahagian. Pada umumnya setiap orang mendambakan kebahagiaan hidup dalam rumah tangga.
Bahagia bukan disebabkan harta dan kekayan, bukan disebabkan punya mobil dan rumah gedung, dan bukan pula karena istri cantik jelita. Bahagia ialah disebabkan ketenangan hati dan jiwa. Ini adalah pokok pertama dalam kebahagiaan. Bila sekiranya kebahagiaan itu hanya berada di tangan orang kaya, si miskin pun selalu dalam penderitaan. Akan tetapi ternyata, banyak orang miskin yang hidup berbahagia.
Mereka yang miskin tidak selalu makan dengan ayam, tetapi mencukupkan dengan apa adanya, dia masih sehat walafiat, lahir maupun batin. Dia masih bisa tersenyum dan bergurau. Dia punya keyakinan, bahwa Allah selalu memberi berkah kepada mereka yang kuat keimanannya.
Dalam mendapatkan jodoh pun, keimanan seseorang harus kuat, dan ilmu agama pun harus ada. Betapa pun seorang Islam harus beriman dan berilmu agama untuk mendapatkan jodoh yang ideal.
0 komentar:
Posting Komentar